Laporan Praktikum
Dasar-Dasar Ilmu Tanah
TEKSTUR TANAH
DISUSUN OLEH:
NAMA : Yohanis Sarma
NIM : G111 15 536
KELAS/KELOMPOK : DDIT E / 14
ASISTEN :
Magfirah Djamaluddin
LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Tanah dapat ditemukan
hampir dimana saja dan kiranya tanah itu selalu bersama kita.Karena itu
kebanyakan orang tidak pernah berusaha menentukan apakah tanah itu,darimana
asalnya dan bagaimana sifatnya.Mereka tidak memperhatikan bagaimana tanah itu
di suatu tempat berbeda dengan tanah di tempat lain. Tanah juga merupakan
komponen hidup dari lingkungan yang penting.Bila tanah disalahgunakan, tanaman
menjadi kurang produktif. Bila ditangani secara hati-hati dengan memperhatikan
tabiat fisik dan biologinya, akan terus menerus menghasilkan tanaman dalam
beberapa generasi yang tidak terhitung (Hanafiah, 2014).
Tanah terdiri dari butir-butir yang berbeda dalam ukuran dan bentuk, sehingga
diperlukan istilah-istilah khusus yang memberikan ide tentang sifat teksturnya
dan akan memberikan petunjuk tentang sifat fisiknya. Untuk ini digunakan nama
kelas seperti pasir, debu, liat dan lempung. Nama kelas dan klasifikasinya ini,
merupakan hasil riset bertahun-tahun dan lambat laun digunakan sebagai patokan.
Tiga golongan pokok tanah yang kini umum dikenal adalah pasir, liat dan lempung (Buckman, 1982).
Penentuan kelas tekstur suatu tanah secara
teliti harus dilakukan analisa tekstur di laboratorium yang disebut analisa
mekanik tanah. Dalam menetapkan tekstur tanah ada tiga metode yang digunakan
yaitu metode lapang, hydrometer, dan
pipet. Metode yang digunakan dalam praktek ini
adalah metode hydrometer. Sifat fisik tanah ditentukan oleh permukaan
butiran tanah, sifat-sifat kimia dari butiran dan kandungan bahan organik. Butiran-butiran yang menyusun tanah mempunyai
ukuran yang berbeda-beda (Hanafiah, 2014). Perbedaan
ukuran dan jumLah butiran tersebut sangat mempengaruhi tekstur tanah.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan percobaan tentang tekstur
tanah.
1.2
Tujuan dan kegunaan
Tujuan praktikum tekstur tanah adalah untuk
mengetahui dan menentukan kelas tekstur pada tanah secara tepat. Kegunaan
praktikum tekstur tanah adalah sebagai bahan informasi dalam menentukan tanaman
budidaya pada daerah itu atau tanaman apa yang cocok pada jenis tekstur
tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel
penyusun tanah (separat) yang dinyatakan
sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir, fraksi debu dan
fraksi liat. Tanah terdiri dari butir-butir pasir, debu,
dan liat sehingga tanah dikelompokkan kedalam beberapa macam kelas tekstur
diantaranya kasar, agak kasar, sedang, agak halus,dan hancur (Hanafiah, 2014).
Tekstur
tanah dapat menentukan sifat-sifat fisik dan kimia serta mineral tanah.
Partikel-partikel tanah dapat dibagi atas kelompok-kelompok tertentu
berdasarkan ukuran partikel tanpa melihat komposisi kimia, warna, berat, dan
sifat lainnya. Analisis laboratorium
yang mengisahkan hara tanah disebut analisa mekanis. Sebelum analisa mekanis dilaksanakan, contoh
tanah yang kering udara dihancurkan lebih dulu disaring dan dihancurkan dengan
ayakan 2 mm. Sementara itu sisa tanah
yang berada di atas ayakan dibuang. Metode ini merupakan metode hydrometer yang membutuhkan ketelitian dalam pelaksanaannya. Tekstur tanah dapat ditetapkan secara
kualitatif dilapangan (Hakim, 1986).
Kasar
dan halusnya tanah dalam klasifikasi tanah (taksonomi tanah) ditunjukkan dalam sebaran butir
yang merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah dengan memperhatikan
pula fraksi tanah yang lebih kasar dari pasir (lebih besar 2 mm), sebagian
besar butir untuk fraksi kurang dari 2 mm meliputi berpasir lempung, berpasir,
berlempung halus, berdebu kasar, berdebu halus, berliat halus, dan berliat
sangat halus (Hardjowigeno, 1995).
2.2
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tekstur
Tanah
Faktor yang mempengaruhi tekstur tanah antara
lain : Iklim, Jika kondisi iklim hujan maka tanah selalu dalam keadaan basah,
hal ini dapat mempengaruhi keadaan tekstur tanah dan akan terjadi proses
pencucian (leaching). Organisme, keberadaan organisme dapat menjadikan tekstur
tanah menjadi semakin subur karena organisme dapat menjadi kompos dan pengurai.
Bahan induk, Jika bahan induk tanah berasal dari batuan maka tekstur tanah akan
cenderung memiliki pori-pori yang besar. Topografi, Berubahnya muka bumi akan
mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk pada tekstur tanah, misalnya dalam
hal kepadatan dan bentuk strukturnya. Waktu Semakin lama suatu tanah di
permukaan bumi maka teksturnya akan semakin padat karena adanya pengaruh dari kekuatan luar misalnya organisme (Poerwowidodo, 1991).
Adapun
faktor yang dipengaruhi oleh tekstur tanah antara lain: Konsistensi, Semakin
liat suatu tekstur maka konsistensi akan semakin besar, sebaliknya jika tekstur
memiliki pori-pori yang renggang dan permukaan luas maka kosistensi akan
semakin kecil. Kadar air, semakin liat tekstur tanah maka air yang tersedia
akan semakin banyak didalamnya karena pada tekstur liat dapat mengikat air
lebih kuat dengn pori-porinya yang halus dan padat. Organisme, jika suatu tanah
memiliki tekstur liat maka organisme yang ada didalamnya akan sedikit karena
tekstur liat sangat padat dan sangat sulit ditembus, sebaliknya pada tekstur
lempung terdapat banyak organisme karena ketersediaan unsur haranya banyak dan
mudah ditembus. Perakaran, semakin liat tekstur tanah maka akan semakin sulit
untuk ditembus oleh perakaran tumbuhan. Pengolahan, semakin liat tekstur tanah
maka akan semakin sulit untuk diolah karena tekturnya padat. (Poerwowidodo, 1991).
2.3
Hubungan Tekstur Tanah dengan Pertumbuhan Tanaman
Tanah pada masa kini sebagai media tumbuh
tanaman didefenisikan sebagai lapisan permukaan bumi yang secara fisik
berfungsi sebagai tempat tumbuh berkembangnya perakaran penopang tegak
tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan udara, secara kimiawi
berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi dan unsur-unsur
esensial sedangkan secara biologis berfungsi sebagai habitat biota yang
berpatisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat adiktif bagi
tanaman (Hanafiah, 2014).
Tanah
yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro, tanah yang
didominasi debu akan mempunyai pori-pori meso (sedang), sedangkan didominasi
liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro. Hal ini berbanding terbalik dengan
luas permukaan yang terbentuk, luas permukaan mencerminkan luas situs yang
dapat bersentuhan dengan air, energi atau bahan lain, sehingga makin dominan
fraksi pasir akan makin kecil daya tahannya untuk menahan tanah (Hakim, 1986).
Hubungan
antara tanah-tanah bertekstur debu dengan pertumbuhan tanaman yaitu
partikel-partikel debu terasa licin sebagai tepung (powder) dan kurang melekat.
Tanah-tanah yang memiliki kemampuan besar dalam memegang air adalah fraksi
liat. Sedangkan tanah-tanah yang mengandung debu yang tinggi dapat memegang air
tersedia untuk tanaman. Fraksi liat pada kebanyakan tanah terdiri dari
mineral-mineral yang berbeda-beda komposisi kimianya dan sifat-sifat lainnya
dibandingkan dengan pasir dan debu (Hakim, 1986).
III. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum pengamatan
tekstur tanah ini bertempat di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Jurusan
Ilmu Tanah, Universitas Hasanuddin, Makassar dan pada hari Rabu, 4 November
2015 pukul 11.30 WITA, pada hari Kamis, 5 November pada pukul 10.00 WITA, dan
pada hari Jumat, 6 November 2011 pukul 08.00 WITA.
3.2 Alat dan
Bahan
Alat yang digunakan
pada praktikum ini di lapangan adalah Diagram penuntun tekstur dengan feeling dan labu semprot. Sedangkan alat
yangdigunakan dilaboratorium adalah botol tekstur, cawan petri, silinder
sedimentasi, botol semprot, saringan 0,05 mm, hydrometer, thermometer, dan oven. Kemudian bahan yang digunakan
dilapangan adalah sampel tanah kering yang telah diayak dan air. Bahan yang
digunakan dilaboratorium adalah sampel tanah terganggu, larutan calgon,
aquades, amyl alkohol, plastik dan
karet gelang.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1.
Prosedur Kerja di Lapangan Menggunakan Metode Feeling
1. Mengambil segenggam tanah, tambahkan air sedikit
demi sedikit sambil meremas agregat tanah, sehingga didapatkan pasta tanah pada
kondisi sekitar batas plastis (dapat dengan mudah dibentuk, tidak terlalu
basah, tidak terlalu kering) dan membuat bola tanah.
2. Menempatkan bola tanah di antara ibu jari dan
telunjuk, pelintir tanah ke atas dengan ibu jari untuk secara perlahan
membentuk pita tanah yang panjang hingga patah dengan sendirinya.
3. Membasahkan sejumlah tanah pada telapak tangan, lalu gerus dengan ibu
jari.
4.
Merasakan,
apakah tanah itu kasar, halus, dan berdebu.
3.3.2. Prosedur Kerja di
Laboratorium dengan Metode Hydrometer
1.
Menimbang 20 gram tanah kering udara,
butir-butir tanah ini berukuran kurang dari 2 mm.
2.
Memasukkan kedalam erlenmeyer atau botol
tekstur dan menambahkan 10 mL calgon 4% dan air secukupnya.
3.
Menutup dengan plastik, aduk dengaan
spatula dan setelah itu di diamkan 1-2 jam.
4.
Menuangkan secara kualitatif semua
isinya kedalam silinder sedimentasi 500 mL yang diatasnya dipasangi saringan
dan corong lalu membersihkan botol tekstur dengan bantuan botol semprot.
5.
Menyemprot dengan botol semprot sambil
diaduk-aduk semua suspensi yang masih tinggal pada saringan sehingga semua
partikel debu dan liat turun.
6.
Memindahkan pasir yang tertinggal ke dalam
cawan dengan botol semprot kemudian masukkan kedalam oven bersuhu 105 °C selama 1 x 24 jam, selanjutnya
memasukkan ke dalam desikator dan timbang hingga berat pasir diketahui (catat
sebagai C gram).
7.
Menuangkan larutan suspensi dalam
silinder sedimentasi dengan air destilasi hingga 500 mL.
8.
Mengangkat silinder sedimentasi sumbat
baik-baik dengan plastik lalu ikat dengan karet gelang lalu kocok dengan
membolak-balikkan tegal lurus 180° sebanyak 20 kali, atau dapat juga dilakukan
dengan memasukkan pengocok kedalam silinder sedimentasi lalu aduk naik turun
selama 1 menit.
9.
Menuangkan dengan cepat kira-kira 3
tetes amyl alkohol kepermukaan
suspensi untuk menghilangkan gangguan buih yang mungkin timbul.
10.
Memasukkan hydrometer kedalam suspensi dengan hati-hati agar suspensi tidak
banyak terganggu setelah 15 detik.
11.
Mencatat pembacaan hydrometer pertama ( H1) dan suhu suspensi ( t1)
setelah 40 detik.
12.
Mengeluarkan hydrometer dari suspensi dengan hati-hati.
13.
Memasukkan hydrometer dan catat pembacaan hydrometer
kedua ( H2 ) dan suhu suspensi kedua ( t2) setelah
menjelang 8 jam.
14.
Menghitung berat debu dan liat dengan
menggunakan persamaan dibawah ini:
Berat
debu dan liat =– 0,5..........( a
)
Berat
liat = – 0,5..........( b )
Berat
debu = berat ( debu
+ liat ) – berat liat ...............( a + b )
15. Menghitung
persentase pasir, debu dan liat dengan persamaan:
%
Pasir = x 100 %
%
Debu = x 100 %
%
Liat = x 100 %
16.
Memasukkan nilai yang didapat kedalam
segitiga tekstur.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan
pengamatan dan penghitungan yang
telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut:
Tabel
8.
Pengamatan tekstur tanah lapisan I, lapisan II, dan lapisan III.
Tanah Lapisan
|
Metode
|
|
Feeling
|
Hydrometer
|
|
I
|
Liat Berpasir
|
Liat Berpasir
|
II
|
Lempung
|
Liat
|
III
|
Lempung Berliat
|
Lempung Berliat
|
4.2
Pembahasan
Jika kita sudah mengetahui persentase fraksi maka kita
sudah dapat menggambarkan sifat fisik tanah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat
Hanafiah (2014) bahwa apabila sifat fraksi dan kelas tekstur tanah sudah
diketahui maka gambaran umum tentang sifat fisik tanah dapat diperkirakan.
Berdasarkan tabel diatas dapat
disimpulakan bahwa tanah tersebut memiliki sifat fisik yang kurang baik, karena
tanah yang berfisik baik menurut Hanafiah (2014) bahwa pada kelas tekstur tanah
lempung berpasir, proporsi fraksi pasir yakni 40 hingga 87,5 %, debu kurang
dari 15 % dan liat kurang dari 20 %. Pada kelas tekstur ini, tanah masih di
anggap berfisik baik atau berporeus sedang sehingga akar tanaman yang tumbuh
diatasnya akan leluasa untuk berkembang.
Pada lapisan I berdasarkan tabel
diatas penentuan tekstur tanah didapatkan bahwa pada horizon ini tanah
bertekstur liat berpasir yang komposisinya didominasi oleh liat, penetapan ini
sesuai seperti yang di teorikan oleh Hanafiah (2014) yang juga menyebutkan
bahwa pada tekstur liat berpasir, komposisi pasir lah yang paling dominan
dimana pasir proporsinya mencapai 45 hingga 62,5%, dan liat hanya berproporsi sekitar 40%, sedangkan
proporsi debu kurang dari 40%. Pada tekstur ini, tanah tidak poreus air
sehingga akar tanaman akan sulit berpenetrasi dengan bebas sebab pori-pori
makronya sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali, yang ada hanyalah pori-pori
mikro yang ditunjukkan dengan tingkat kepadatan tanahnya.
Dari pengamatan yang telah
dilakukan, kita dapat mengetahui bahwa tanah yang diamati tidak cocok ditempati
untuk bercocok tanam kecuali disertai irigasi. Misalnya tanaman jagung dan
kentang, seperti yang telah dijelaskan dalam Hanafiah (2014) bahwa jagung ideal
tumbuh pada tanah bertekstur lempung, sedangkan kentang ideal tumbuh ditanah
bertekstur lempung berpasir. Namun keduanya tumbuh ideal pada tanah bertekstur
pasir apabila disertai dengan irigasi.
Jika diperhatikan pada lapisan II
terdapat perbedaan antara metode feeling dengan
metode hydrometer, hal ini mungkin
desebabkan karena metode feeling yang
kurang akurat sebab metode feeling membutuhkan
kepekaan indra perasa, kemahiran dan pengalaman yang cukup. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hanafiah (2014) yang mengemukakan bahwa dilapangan tekstur
tanah dapat ditentukan dengan kepekaan indra perasa yang membutuhkan pengalaman
dan kemahiran, makin peka indra perasa maka makin mendekati kebenaran atau
makin identik dengan hasil penetapan dilaboratorium.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
metode feeling dan metode hydrometer tanah lapisan I dan III
memiliki hasil yang sama yaitu lapisan I bertekstur Liat Berpasir dan lapisan
III bertekstur Lempung Berliat dan untuk lapisan III memiliki hasil yang
berbeda untuk metode feeling hasilnya yaitu tekstur Lempung sedangkan pada metode
hydrometer hasilnya yaitu tekstur
Liat. Tanah yang diamati memililiki sifat
fisik yang kurang baik dan tidak cocok untuk bercocok tanam kecuali disertai
irigasi.
5.2 Saran
Sebaiknya pada penetapan tekstur tanah ini tidak hanya
dilakukan dengan metode feeling atau
perkiraan dilapangan atau di kebun percobaan saja, akan tetapi juga dilakukan
pengujian di laboratorium untuk memperoleh pengetahuan yang lebih baik dan
hasil penetapan yang akurat seperti yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Buckman,
H.O. dan N.C. Brandy, 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Brata Karya Aksara,.
Hardjowigeno,
S., 1995. Ilmu Tanah. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa,.
Hakim, Nurjati. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung:
Universitas Lampung.
Hanafiah, K.A. 2014. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta:
Rajawali Pers.
Poerwowidodo.
1991. Ganesha Tanah. Jakarta :
Rajawali Pers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar