Kamis, 16 November 2017

LAPORAN DDIT TEKSTUR TANAH


Laporan Praktikum

Dasar-Dasar Ilmu Tanah

TEKSTUR TANAH



DISUSUN OLEH:

NAMA                                    : Yohanis Sarma
NIM                                        : G111 15 536
KELAS/KELOMPOK           : DDIT E / 14
ASISTEN                               : Magfirah Djamaluddin

LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015





I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Tanah dapat ditemukan hampir dimana saja dan kiranya tanah itu selalu bersama kita.Karena itu kebanyakan orang tidak pernah berusaha menentukan apakah tanah itu,darimana asalnya dan bagaimana sifatnya.Mereka tidak memperhatikan bagaimana tanah itu di suatu tempat berbeda dengan tanah di tempat lain. Tanah juga merupakan komponen hidup dari lingkungan yang penting.Bila tanah disalahgunakan, tanaman menjadi kurang produktif. Bila ditangani secara hati-hati dengan memperhatikan tabiat fisik dan biologinya, akan terus menerus menghasilkan tanaman dalam beberapa generasi yang tidak terhitung (Hanafiah, 2014).
       Tanah terdiri dari butir-butir yang berbeda dalam ukuran dan bentuk, sehingga diperlukan istilah-istilah khusus yang memberikan ide tentang sifat teksturnya dan akan memberikan petunjuk tentang sifat fisiknya. Untuk ini digunakan nama kelas seperti pasir, debu, liat dan lempung. Nama kelas dan klasifikasinya ini, merupakan hasil riset bertahun-tahun dan lambat laun digunakan sebagai patokan. Tiga golongan pokok tanah yang kini umum dikenal adalah pasir, liat dan lempung (Buckman, 1982).
Penentuan kelas tekstur suatu tanah secara teliti harus dilakukan analisa tekstur di laboratorium yang disebut analisa mekanik tanah. Dalam menetapkan tekstur tanah ada tiga metode yang digunakan yaitu metode lapang, hydrometer, dan pipet. Metode yang digunakan dalam praktek ini adalah metode hydrometer. Sifat fisik tanah ditentukan oleh permukaan butiran tanah, sifat-sifat kimia dari butiran dan kandungan bahan organik. Butiran-butiran yang menyusun tanah mempunyai ukuran yang berbeda-beda (Hanafiah, 2014). Perbedaan ukuran dan jumLah butiran tersebut sangat mempengaruhi tekstur tanah. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan percobaan tentang tekstur tanah.
1.2    Tujuan dan kegunaan
Tujuan praktikum tekstur tanah adalah untuk mengetahui dan menentukan kelas tekstur pada tanah secara tepat. Kegunaan praktikum tekstur tanah adalah sebagai bahan informasi dalam menentukan tanaman budidaya pada daerah itu atau tanaman apa yang cocok pada jenis tekstur tersebut.








TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah  (separat) yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir, fraksi debu dan fraksi liat. Tanah terdiri dari butir-butir pasir, debu, dan liat sehingga tanah dikelompokkan kedalam beberapa macam kelas tekstur diantaranya kasar, agak kasar, sedang, agak halus,dan hancur (Hanafiah, 2014).
            Tekstur tanah dapat menentukan sifat-sifat fisik dan kimia serta mineral tanah. Partikel-partikel tanah dapat dibagi atas kelompok-kelompok tertentu berdasarkan ukuran partikel tanpa melihat komposisi kimia, warna, berat, dan sifat lainnya.  Analisis laboratorium yang mengisahkan hara tanah disebut analisa mekanis.  Sebelum analisa mekanis dilaksanakan, contoh tanah yang kering udara dihancurkan lebih dulu disaring dan dihancurkan dengan ayakan 2 mm.  Sementara itu sisa tanah yang berada di atas ayakan dibuang. Metode ini merupakan metode hydrometer yang membutuhkan ketelitian dalam pelaksanaannya. Tekstur tanah dapat ditetapkan secara kualitatif dilapangan (Hakim, 1986).
Kasar dan halusnya tanah dalam klasifikasi tanah (taksonomi tanah) ditunjukkan dalam sebaran butir yang merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah dengan memperhatikan pula fraksi tanah yang lebih kasar dari pasir (lebih besar 2 mm), sebagian besar butir untuk fraksi kurang dari 2 mm meliputi berpasir lempung, berpasir, berlempung halus, berdebu kasar, berdebu halus, berliat halus, dan berliat sangat halus  (Hardjowigeno, 1995).
2.2 Faktor-Faktor  Yang Mempengaruhi Tekstur Tanah
Faktor yang mempengaruhi tekstur tanah antara lain : Iklim, Jika kondisi iklim hujan maka tanah selalu dalam keadaan basah, hal ini dapat mempengaruhi keadaan tekstur tanah dan akan terjadi proses pencucian (leaching).       Organisme, keberadaan organisme dapat menjadikan tekstur tanah menjadi semakin subur karena organisme dapat menjadi kompos dan pengurai. Bahan induk, Jika bahan induk tanah berasal dari batuan maka tekstur tanah akan cenderung memiliki pori-pori yang besar. Topografi, Berubahnya muka bumi akan mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk pada tekstur tanah, misalnya dalam hal kepadatan dan bentuk strukturnya. Waktu Semakin lama suatu tanah di permukaan bumi maka teksturnya akan semakin padat karena adanya pengaruh dari kekuatan luar misalnya organisme (Poerwowidodo, 1991).
Adapun faktor yang dipengaruhi oleh tekstur tanah antara lain: Konsistensi, Semakin liat suatu tekstur maka konsistensi akan semakin besar, sebaliknya jika tekstur memiliki pori-pori yang renggang dan permukaan luas maka kosistensi akan semakin kecil. Kadar air, semakin liat tekstur tanah maka air yang tersedia akan semakin banyak didalamnya karena pada tekstur liat dapat mengikat air lebih kuat dengn pori-porinya yang halus dan padat. Organisme, jika suatu tanah memiliki tekstur liat maka organisme yang ada didalamnya akan sedikit karena tekstur liat sangat padat dan sangat sulit ditembus, sebaliknya pada tekstur lempung terdapat banyak organisme karena ketersediaan unsur haranya banyak dan mudah ditembus. Perakaran, semakin liat tekstur tanah maka akan semakin sulit untuk ditembus oleh perakaran tumbuhan. Pengolahan, semakin liat tekstur tanah maka akan semakin sulit untuk diolah karena tekturnya padat. (Poerwowidodo, 1991).
2.3 Hubungan Tekstur Tanah dengan Pertumbuhan Tanaman
Tanah pada masa kini sebagai media tumbuh tanaman didefenisikan sebagai lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi dan unsur-unsur esensial sedangkan secara biologis berfungsi sebagai habitat biota yang berpatisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat adiktif bagi tanaman (Hanafiah, 2014).
Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro, tanah yang didominasi debu akan mempunyai pori-pori meso (sedang), sedangkan didominasi liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro. Hal ini berbanding terbalik dengan luas permukaan yang terbentuk, luas permukaan mencerminkan luas situs yang dapat bersentuhan dengan air, energi atau bahan lain, sehingga makin dominan fraksi pasir akan makin kecil daya tahannya untuk menahan tanah (Hakim, 1986).
Hubungan antara tanah-tanah bertekstur debu dengan pertumbuhan tanaman yaitu partikel-partikel debu terasa licin sebagai tepung (powder) dan kurang melekat. Tanah-tanah yang memiliki kemampuan besar dalam memegang air adalah fraksi liat. Sedangkan tanah-tanah yang mengandung debu yang tinggi dapat memegang air tersedia untuk tanaman. Fraksi liat pada kebanyakan tanah terdiri dari mineral-mineral yang berbeda-beda komposisi kimianya dan sifat-sifat lainnya dibandingkan dengan pasir dan debu (Hakim, 1986).











III. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum pengamatan tekstur tanah ini bertempat di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Universitas Hasanuddin, Makassar dan pada hari Rabu, 4 November 2015 pukul 11.30 WITA, pada hari Kamis, 5 November pada pukul 10.00 WITA, dan pada hari Jumat, 6 November 2011 pukul 08.00 WITA.
3.2  Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini di lapangan adalah Diagram penuntun tekstur dengan feeling dan labu semprot. Sedangkan alat yangdigunakan dilaboratorium adalah botol tekstur, cawan petri, silinder sedimentasi, botol semprot, saringan 0,05 mm, hydrometer, thermometer, dan oven. Kemudian bahan yang digunakan dilapangan adalah sampel tanah kering yang telah diayak dan air. Bahan yang digunakan dilaboratorium adalah sampel tanah terganggu, larutan calgon, aquades, amyl alkohol, plastik dan karet gelang.
3.3  Prosedur Kerja
3.3.1. Prosedur Kerja di Lapangan Menggunakan Metode Feeling
1.    Mengambil segenggam tanah, tambahkan air sedikit demi sedikit sambil meremas agregat tanah, sehingga didapatkan pasta tanah pada kondisi sekitar batas plastis (dapat dengan mudah dibentuk, tidak terlalu basah, tidak terlalu kering) dan membuat bola tanah.
2.    Menempatkan bola tanah di antara ibu jari dan telunjuk, pelintir tanah ke atas dengan ibu jari untuk secara perlahan membentuk pita tanah yang panjang hingga patah dengan sendirinya.
3.    Membasahkan sejumlah tanah pada telapak tangan, lalu gerus dengan ibu jari.
4.    Merasakan, apakah tanah itu kasar, halus, dan berdebu.
3.3.2. Prosedur Kerja di Laboratorium dengan Metode Hydrometer
1.        Menimbang 20 gram tanah kering udara, butir-butir tanah ini berukuran kurang dari 2 mm.
2.        Memasukkan kedalam erlenmeyer atau botol tekstur dan menambahkan 10 mL calgon 4% dan air secukupnya.
3.        Menutup dengan plastik, aduk dengaan spatula dan setelah itu di diamkan 1-2 jam.
4.        Menuangkan secara kualitatif semua isinya kedalam silinder sedimentasi 500 mL yang diatasnya dipasangi saringan dan corong lalu membersihkan botol tekstur dengan bantuan botol semprot.
5.        Menyemprot dengan botol semprot sambil diaduk-aduk semua suspensi yang masih tinggal pada saringan sehingga semua partikel debu dan liat turun.
6.        Memindahkan pasir yang tertinggal ke dalam cawan dengan botol semprot kemudian masukkan kedalam oven bersuhu 105 °C selama 1 x 24 jam, selanjutnya memasukkan ke dalam desikator dan timbang hingga berat pasir diketahui (catat sebagai C gram).
7.        Menuangkan larutan suspensi dalam silinder sedimentasi dengan air destilasi hingga 500 mL.
8.        Mengangkat silinder sedimentasi sumbat baik-baik dengan plastik lalu ikat dengan karet gelang lalu kocok dengan membolak-balikkan tegal lurus 180° sebanyak 20 kali, atau dapat juga dilakukan dengan memasukkan pengocok kedalam silinder sedimentasi lalu aduk naik turun selama 1 menit.
9.        Menuangkan dengan cepat kira-kira 3 tetes amyl alkohol kepermukaan suspensi untuk menghilangkan gangguan buih yang mungkin timbul.
10.    Memasukkan hydrometer kedalam suspensi dengan hati-hati agar suspensi tidak banyak terganggu setelah 15 detik.
11.    Mencatat pembacaan hydrometer pertama ( H1) dan suhu suspensi ( t1) setelah 40 detik.
12.    Mengeluarkan hydrometer dari suspensi dengan hati-hati.
13.    Memasukkan hydrometer dan catat pembacaan hydrometer kedua ( H2 ) dan suhu suspensi kedua ( t2) setelah menjelang 8 jam.
14.    Menghitung berat debu dan liat dengan menggunakan persamaan dibawah ini:
Berat debu dan liat          =– 0,5..........( a )
Berat liat                          =  – 0,5..........( b )
Berat debu                       = berat ( debu + liat ) – berat liat ...............( a + b )
15.    Menghitung persentase pasir, debu dan liat dengan persamaan:
% Pasir     =  x 100 %
% Debu    =  x 100 %
% Liat      =  x 100 %
16.    Memasukkan nilai yang didapat kedalam segitiga tekstur.





IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan pengamatan dan penghitungan yang telah dilakukan diperoleh data  sebagai berikut:
Tabel 8. Pengamatan tekstur tanah lapisan I, lapisan II, dan lapisan III.
Tanah Lapisan
Metode
Feeling
Hydrometer
I
Liat Berpasir
Liat Berpasir
II
Lempung
Liat
III
Lempung Berliat
Lempung Berliat

4.2 Pembahasan
Jika kita sudah mengetahui persentase fraksi maka kita sudah dapat menggambarkan sifat fisik tanah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2014) bahwa apabila sifat fraksi dan kelas tekstur tanah sudah diketahui maka gambaran umum tentang sifat fisik tanah dapat diperkirakan.
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulakan bahwa tanah tersebut memiliki sifat fisik yang kurang baik, karena tanah yang berfisik baik menurut Hanafiah (2014) bahwa pada kelas tekstur tanah lempung berpasir, proporsi fraksi pasir yakni 40 hingga 87,5 %, debu kurang dari 15 % dan liat kurang dari 20 %. Pada kelas tekstur ini, tanah masih di anggap berfisik baik atau berporeus sedang sehingga akar tanaman yang tumbuh diatasnya akan leluasa untuk berkembang.
Pada lapisan I berdasarkan tabel diatas penentuan tekstur tanah didapatkan bahwa pada horizon ini tanah bertekstur liat berpasir yang komposisinya didominasi oleh liat, penetapan ini sesuai seperti yang di teorikan oleh Hanafiah (2014) yang juga menyebutkan bahwa pada tekstur liat berpasir, komposisi pasir lah yang paling dominan dimana pasir proporsinya mencapai 45 hingga 62,5%, dan  liat hanya berproporsi sekitar 40%, sedangkan proporsi debu kurang dari 40%. Pada tekstur ini, tanah tidak poreus air sehingga akar tanaman akan sulit berpenetrasi dengan bebas sebab pori-pori makronya sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali, yang ada hanyalah pori-pori mikro yang ditunjukkan dengan tingkat kepadatan tanahnya.
Dari pengamatan yang telah dilakukan, kita dapat mengetahui bahwa tanah yang diamati tidak cocok ditempati untuk bercocok tanam kecuali disertai irigasi. Misalnya tanaman jagung dan kentang, seperti yang telah dijelaskan dalam Hanafiah (2014) bahwa jagung ideal tumbuh pada tanah bertekstur lempung, sedangkan kentang ideal tumbuh ditanah bertekstur lempung berpasir. Namun keduanya tumbuh ideal pada tanah bertekstur pasir apabila disertai dengan irigasi.
Jika diperhatikan pada lapisan II terdapat perbedaan antara metode feeling dengan metode hydrometer, hal ini mungkin desebabkan karena metode feeling yang kurang akurat sebab metode feeling membutuhkan kepekaan indra perasa, kemahiran dan pengalaman yang cukup. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2014) yang mengemukakan bahwa dilapangan tekstur tanah dapat ditentukan dengan kepekaan indra perasa yang membutuhkan pengalaman dan kemahiran, makin peka indra perasa maka makin mendekati kebenaran atau makin identik dengan hasil penetapan dilaboratorium.


V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan metode feeling dan metode hydrometer tanah lapisan I dan III memiliki hasil yang sama yaitu lapisan I bertekstur Liat Berpasir dan lapisan III bertekstur Lempung Berliat dan untuk lapisan III memiliki hasil yang berbeda untuk metode feeling hasilnya yaitu tekstur Lempung sedangkan pada metode hydrometer hasilnya yaitu tekstur Liat. Tanah yang diamati memililiki sifat fisik yang kurang baik dan tidak cocok untuk bercocok tanam kecuali disertai irigasi.
5.2 Saran
Sebaiknya pada penetapan tekstur tanah ini tidak hanya dilakukan dengan metode feeling atau perkiraan dilapangan atau di kebun percobaan saja, akan tetapi juga dilakukan pengujian di laboratorium untuk memperoleh pengetahuan yang lebih baik dan hasil penetapan yang akurat seperti yang telah dilakukan.
           
  

DAFTAR PUSTAKA
Buckman, H.O. dan N.C. Brandy, 1982.  Ilmu Tanah. Jakarta: Brata Karya Aksara,.
Hardjowigeno, S., 1995.  Ilmu Tanah. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa,.
Hakim, Nurjati. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.
Hanafiah, K.A. 2014. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Pers.
Poerwowidodo. 1991. Ganesha Tanah. Jakarta : Rajawali Pers.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar