Laporan
Praktikum
Dasar-Dasar Ilmu Tanah
PH TANAH
DISUSUN OLEH:
NAMA : Yohanis Sarma
NIM : G111 15 536
KELAS/KELOMPOK : DDIT E / 14
ASISTEN :
Magfirah Djamaluddin
LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kemasaman tanah
adalah sifat tanah yang perlu diketahui, sebab menunjukkan adanya hubungan pH
dengan ketersediaan unsur hara dan juga hubungna antara pH dengan sifat-sifat
tanah. Terdapatnya beberapa hubungan komponen dalam tanah mempengaruhi
konsentrasi H+ dalam tanah, dimana keadaannya dipersulit oleh
bahan-bahan tanah yang lain.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi optimal dari tanaman adalah pH
tanah. Reaksi tanah yang dinyatakan dengan pH menunjukkan sifat kemasaman atau
konsentrasi ion H+ dan ion OH- dalam tanah. pH yang dibutuhkan oleh tanaman adalah pH yang
sesuai dengan keadaan anatomi dan fisiologis daripada tanaman tersebut, oleh
sebab itu pH perlu diubah agar sesuai kebutuhan tanaman. Namun usaha ini tidak
mudah sebab ada penghambat yang disebut Buffer (sanggahan), yang merupakan
suatu sifat umum dari campuran asam-basa dan garamnya.
Pentingnya pH adalah untuk menentukan mudah tidaknya
unsur-unsur hara diserap tanaman. Pada tanaman yang sekitar pH netral,
disebakan karena pH tersebut kebanyakan unsur hara larut dalam air. Ditinjau
dari berbagai segi, tanah yang mempunyai pH antara 6-7 merupakan pH yang
terbaik (netral), pada pH dibawah 7 merupakan tanah yang masam sehingga unsur P
tidak dapat diserap tanaman karena diikat (difiksasi) oleh Al sedangkan
pada tanah alkalis pHnya berkisar antara 8-14 sehingga unsur P juga tidak dapat
diserap oleh tanaman karena difikasi atau diikat oleh Ca. Penanggullangan tanah yang terlalu masam
dapat dinaikkan dengan menambah kapur pada tanah itu, sedangkan tanah yang terlalu alkalis dapat
diturunkan pHnya dengan cara penambahan belerang.
Kemasaman dikenal ada dua yaitu kemasaman aktif dan
kemasaman potensial. Kemasaman aktif disebabkan oleh H+ dalam larutan,
sedangkan kemasaman potensial disebabkan oleh ion H+ dan Al
yang terjerap pada permukaan kompleks jerapan. Berdasarkan
uraian di atas, maka perlu melakukan percobaan reaksi tanah (pH) untuk
mengetahui jenis reaksi dan nilai pH tanah pada berbagai lapisan tanah.
1.2. Tujuan
dan Kegunaan
Praktikum
reaksi tanah ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pH yang terkandung dalam
tiap lapisan tanah dan mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi pH. Kegunaan dari praktikum
reaksi tanah ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui lebih jauh
tentang cara mengukur pH tanah dan tingkat pH yang baik dalam tanah untuk usaha
pertanian.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keasaman
Tanah
Pentingnya pH tanah adalah menentukan mudah tidaknya
unsur-unsur hara diserap tanaman, menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur
beracun, dan mempengaruhi perkembangan mikro organisme. Tanah yang terlalu
masam dapat dinaikkan pH-nya dengan menambahkan zat kapur ke dalam tanah,
sedang tanah yang terlalu alkalis atau basa dapat diturunkan pH-nya dengan
penambahan belerang (Hardjowigeno,
2003).
Kemasaman tanah
merupakan salah satu sifat yang penting. Sebab terdapat hubungan pH dengan
ketersediaan unsur hara, juga terdapat beberapa hubungan antara pH dan semua
pembentukan serta sifat-sifat tanah. Pada umumnya pH tanah ditentukan oleh : 1.
Pencampuran satu bagian tanah dengan dua bagian air suling (bahan lain yang
sesuai seperti larutan garam netral), 2. Campurkanlah mereka untuk mendapatkan
tanah dan air sampai mendekati kesetimbangan, dan kemudian, 3. Ukurlah pH
suspensi air tanah. Tedapat beberapa komponen dalam tanah yang mempengaruhi
konsentrasi
larutan tanah. Keadaan dipersukar oleh
bahan-bahan tanah besar perubahannya diantaranya interaksi. Bagian ini dimulai
dengan suatu pH tertentu dan faktor – faktor yang mengendalikan pH pada
sebagian besar tanah, yang umumnya berkisar 4 – 10, pH kurang dari 4, biasanya
dikaitkan dengan hadirnya asam kuat seperti asam sulfat (Foth, 1999)
Kemasaman tanah
ditentukan oleh dinamika ion
di dalam tanah, ion
yang terdapat dalam suspensi tanah
berada keseimbangan dengan ion
yang terjerap. Akibat dari proses
itu, maka dikenal 2 jenis kemasaman yaitu kemasaman aktif dan kemasaman
potensial. Kemasaman aktif disebabkan oleh ion
di dalam larutan tanah, sedangkan
kemasaman potensial disebabkan oleh ion
dan
Al
yang terjerap pada permukaan kompleks
jerapan. (Hardjowigeno,
2003).
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Keasaman Tanah
Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah
kejenuhan basa, sifat misel, dan macam kation yang terserap. Didaerah basah
pencucian dengan mudah melenyapkan Na karena daya ikatannya pada tanah
pertukaran tidak kuat. Adanya pengaruh garam-garam terlarut didalam tanah yang
mengendap secara alami di dalam tanah didaerah-daerah yang tanahnya kering,
atau sebagai akibat penambahan irigasi (Hardjowigeno, 2003).
Faktor-faktor yang
mempengaruhi pH tanah adalah unsur-unsur yang terkandung dalam tanah,
konsentrasi ion
dan ion
mineral tanah, air hujan dan bahan
induk, bahwa bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi sesuai dengan
mineral penyusunnya dan asam nitrit yang secara alami merupakan komponen renik
dari air hujan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pH tanah, selain itu
bahan organik dan tekstur. Bahan organik mempengaruhi besar kecilnya daya serap
tanah akan air. Semakin banyak air dalam tanah maka semakin banyak reaksi
pelepasan ion H+ sehingga tanah menjadi masam. Tekstur tanah liat mempunyai
koloid tanah yang dapat yang dapat melakukan kapasitas tukar kation yang
tinggi. tanah yang banyak mengandung kation dapat berdisiosiasi menimbulkan
reaksi masam.¬_Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kemasaman tanah, yaitu
kejenuhan basa, sifat misel, bahan organik tanah, bahan induk tanah, vegetasi,
pertumbuhan tanaman, dan curah hujan (Foth,1988).
Faktor-faktor lain yang
kadangkala mempengaruhi pH tanah terutama didaerah industri, antara lain adalah
sulfur yang merupakan hasil sampingan dari industri gas, yang jika bereaksi
dengan air akan menghasilkan asam sulfur, dan asam nitrit yang secara alami
merupakan komponen renik dari air hujan. Hujan asam juga terjadi sebagai akibat
meningkatnya penggunaan dan pembakaran fosil-fosil padat yang menimbulkan
gas-gas sulfur dan nitrogen, yang kemudian bereaksi dengan air hujan (Hanafiah,
2014).
2.3. Hubungan Keasaman Tanah dengan Kesuburan Tanah
Pentingnya pH tanah adalah menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara
diserap tanaman, menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun, dan
mempengaruhi perkembangan mikro organisme. Tanah yang terlalu masam dapat
dinaikkan pH-nya dengan menambahkan zat kapur ke dalam tanah, sedang tanah yang
terlalu alkalis dapat diturunkan pH-nya dengan penambahan
belerang (Hardjowigeno, 2003).
Komponen kimia tanah sangat berperan dalam menentukan
sifat dan ciri tanah pada umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya. Uraian
kimia tanah banyak menjelaskan tentang reaksi-reaksi kimia yang menyangkut
masalah-masalah ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Hal-hal yang banyak
berkaitan dengan masalah tersebut di atas adalah penyerapan dan pertukaran
kation, sifat dari tanah, reaksi tanah, dan pengelolaannya (Foth,
1999).
Reaksi tanah
atau pH tanah dapat memberikan petunjuk beberapa sifat tanah. Makin tinggi pH
makin banyak basa-basa terdapat dalam tanah. Tanah-tanah yang terus menerus
tercuci oleh air hujan cenderung mempunyai pH yang rendah dan miskin basa-basa.
Pada tanah masam, aktivitas (kelarutan) Al mungkin tinggi dan dapat meracuni
tanaman, sedangkan pada tanah-tanah yang mempunyai pH tinggi unsur-unsur
tertentu mungkin kurang tersedia untuk tanaman karena mengendap (Harjowigeno,2003).
.
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum keasaman tanah ini
dilaksanakan pada hari kamis, 22 Oktober 2015 pukul 10.00-selesai WITA di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Jurusan Ilmu
Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.
3.2 Alat dan Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan terdiri
dari sampel tanah terombak dari beberapa jenis tanah yang berbeda pH-nya dan
air suling. Adapun peralatan yang diperlukan adalah pH meter, pH indikator,
timbangan, gelas silinder, dan silinder pengukur volume.
3.3.
Prosedur Kerja
3.3.1
Pengukuran menggunakan pH meter
Adapun
prosedur kerja dalam praktikum keasaman tanah yaitu:
1. Menyiapkan tanah kering udara
sebanyak 5 g (ditimbang dengan timbangan digital).
2. Memasukkan kelima contoh kedalam
vial yang telah disediakan.
3. Menambahkan 12,5 ml air suling (pH
7) kedalam vial.
4. Mengocok tanah yang bersangkutan
dengan sepatula selama dua menit.
5. Membilas probe (elektroda) dari pH
meter yang tersedia dengan air suling.
6. Memasukkannya kedalam suspense tanah
yang ada didalam vial.
7. Melakukan pembacaan pH meter.
3.3.2
Pengukuran menggunakan pH indikator
1.
Menyiapkan tanah kering udara sebanyak 5 gram.
2.
Memasukkan 5 gram tanah tersebut ke dalam roll
film dan diberi label.
3.
Menambahkan
air suling (pH 7) kedalam vial.
4.
Mengocok roll film yang berisi tanah selama 2
menit sampai tanah hancur dan membentuk suspensi tanah yang homogen.
5.
Mencelupkan sebagian dari ujung bawah dari pH
indikator ke dalam roll film.
6.
Melihat perubahan warnanya.
7.
Mencatat berapa nilai pH yang terbaca.
IV.
HASIL PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh data sebagai berikut:
Tabel
5. Pengamatan keasaman tanah lapisan I, lapisan II, dan lapisan III.
Lapisan Tanah
|
Nilai pH (dalam H2O, 1 : 2,5 )
|
|
pH Meter
|
pH Indikator
|
|
Lapisan
I
|
6,02
(agak masam)
|
5
(agak masam)
|
Lapisan
II
|
7,00
(netral)
|
4
(agak masam)
|
Lapisan
III
|
5,68 (agak
masam)
|
5
(agak masam)
|
4.2.
Pembahasan
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada
lapisan satu diukur dengan menggunakan
pH meter hasil yang didapatkan adalah 6,02 dan dengan menggunakan pH indikator
hasil yang didapatkan adalah 5 dengan kriteria agak masam. Pada lapisan dua
dengan menggunakan pH meter hasil yang didapatkan adalah 7 dan dengan
menggunakan pH indikator hasil yang didapatkan adalah 4 dengan kriteria agak
masam. Pada lapisan tiga dengan menggunakan pH meter hasil yang didapatkan adalah
5,68 dan dengan menggunakan pH indikator hasil yang didapatkan adalah 5 dengan
kriteria agak masam.
Jika
diperhatikan pada tabel diatas nilai pH yang diukur mengunakan pH meter pada
lapisan kedua lebih banyak (netral) dibanding lapisan pertama (agak masam), hal
ini desebabkan oleh dua kemungkinan yaitu yang pertama adalah terjadi
kekeliruan dalam praktikum misalnya pada saat pengocokan roll film yang
seharusnya dilakukan selam 15 menit dan hanya dilakukan selama 2 menit.
Kemungkinan kedua adalah terjadinya pengendapan yang menyebabkan pH tanah
tercuci karena menurut Hanafiah (2014) Jika air berasal dari air hujan melewati
tanah, kation-kation basa seperti Ca dan Mg akan tercuci.
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan
bahwa kandungan pH pada tanah masih memungkinkan tumbuhan bisah tumbuh dengan
baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2014) yang mengemukakan bahwa tanaman
dapat tumbuh pada kisaran pH 4,0 sampai 8,0.
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan ditunjukkan bahwa pH pada tanah yang diamati
berbeda-beda menurut perbandingan tanah dan airnya, hal ini sesuai dengan
pendapat Pairunan (2007) yang menyatakan bahwa pemberian air yang berbeda-beda
pada suatu jenis tanah akan memberikan pengaruh yang besar terhadap nilai pH
suatu tanah.Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemasaman tanah yaitu
pencucian basa-basa, kejenuhan basa, sifat misel, dan macam kation yang
terserap. mineralisasi atau dekomposisi bahan organik.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan dapat diperoleh data yaitu pada lapisan satu
diukur menggunakan pH meter dengan hasil
6,02 dan dengan menggunakan pH indikator dengan hasil 5 dengan kriteria agak
masam. Pada lapisan dua dengan menggunakan pH meter dengan hasil 7 dan dengan menggunakan
pH indikator dengan hasil 4 dengan kriteria agak masam. Pada lapisan tiga
dengan menggunakan pH meter dengan hasil 5,68 dan dengan menggunakan pH
indikator dengan hasil 5 dengan kriteria agak masam.
5.2 Saran
Saat mengamati pH tanah dilaboratorium sebaiknya
dilakukan dengan hati-hati dan teliti agar tidak terjadi kekeliruan saat
pengamatan seperti yang telah terjadi pada saat pengamatan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Foth, Henry D. 1999. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hanafiah, K A. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Press.
Hardjowigeno, Sarwono. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.
Pairunan A, dkk, 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Makassar: Badan kerjasama Perguruan Tinggi
Negeri Indonesia Bagian Timur.
sip mantap mantap
BalasHapus