Laporan
Praktikum
Dasar-Dasar Ilmu Tanah
BAHAN ORGANIK TANAH
DISUSUN OLEH:
NAMA : Yohanis Sarma
NIM : G111 15 536
KELAS/KELOMPOK : DDIT E / 14
ASISTEN :
Magfirah Djamaluddin
LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Proses penting yang berkaitan dengan pembentukan
tanah adalah penimbunan bahan organik yang cenderung mencapai suatu tingkat
keseimbangan dalam tanah. Tingkat penimbunan bahan organik dalam tanah
tergantung pada sifat lingkungan pembentukan tanah yang mencakup dua proses,
yaitu penambahan residu atau sisa-sisa tanaman dan binatang, dan perombakan
bahan tersebut oleh jasad mikro tanah. Pada proses perombakan bahan sisa
tumbuhan dihancurkan menjadi bentuk melarut atau menguap yang dapat hilang dari
tanah. Apabila jumlah penambahan dan kehilangan bahan organik tanah berada pada
tingkat seimbang.
Hampir seluruh
kehidupan dalam tanah tergantung pada bahan organik tanah untuk keperluan
energi dan unsur hara.Sudah sejak lama orang mengetahui peranan bahan organik tanah
dalam produksi bahan makanan.Namun demikian, kira-kira 100 tahun yang lalu
tanah yang seluruhnya terdiri dari bahan organik tergolong tidak subur.
Bahan
organik tanah merupakan fraksi bukan mineral yang ditemukan sebagai bahan
penyusun tanah Bahan organik merupakan timbunan jaringan tanaman, hewan, atau
jasad renik yang telah mati dan sebagaian telah mengalami perombakan.Bahan
organik selain menyediakan unsur hara juga turut mempengaruhi sifat kimia dan
fisik tanah sehingga dapat dijadikan sebagai media tumbuh suatu
tanaman.Kandungan bahan organik sangat mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman. Berdasarkan
uraian di atas, maka dilakukan praktikum mengenai bahan organik untuk
mengetahui kandungan bahan organik suatu jenis tanah pada setiap lapisan.
1.2 Tujuan dan
Kegunaan
Tujuan
diadakannya praktikum bahan organik tanah adalah untuk mengetahui kandungan
bahan organik pada sampel tanah lapisan I dan II serta
faktor-faktor yang mempengruhinya. Kegunaan dari praktikum ini adalah sebagai
bahan informasi
dalam menentukan bahan organik suatu jenis tanah dan selanjutnya berguna dalam
pengelolaan tanah tersebut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan
Organik
Bahan organik tanah adalah kumpulan beragam
senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses
dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa
anorganik hasil mineralisasi.(Hanafiah, 2014)
Bahan organik tanah terbentuk dari jasad hidup tanah
yang terdiri atas flora dan fauna, perakaran tanaman yang hidup dan yang mati, yang
terdekomposisi dan mengalami modifikasi serta hasil sintesis baru yang berasal
dari tanaman dan hewan. Humus merupakan
bahan organik tanah yang sudah mengalami prubahan bentuk dan bercampur
dengan mineral tanah (Sutanto,2005).
Sumber primer bahan organik
adalah jaringan tanaman berupa akar, batang.ranting dan buah. Bahan organik
dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsur karbon
merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur karbon ini berada
dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida seperti selulosa, hemi-selulosa, pati
dan bahan-bahan pectin dan lignin. Selain itu nitrogen merupakan unsur yang
paling banyak terakumulasi dalam bahan organik karena merupakan unsur yang
paling penting dalam mikroba yang terlibat dalam proses perombakan bahan
organik tanah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan terangkul ke
lapisan bawah (Sutanto, 2005).
Kandungan organik tanah
biasanya diukur berdasarkan kandungan C-organik kandungan karbon (C) bahan
organik bervariasi antara 45%-60% dan konversi C-organik menjadi bahan = % C-organik
x 1,724. Kandungan bahan organik dipengaruhi oleh arus akumulasi bahan asli dan
arus dekomposisi dan humifikasi yang sangat tergantung kondisi lingkungan
(vegetasi, iklim, batuan, timbunan, dan praktik pertanian). Arus dekomposisi
jauh lebih penting dari pada jumlah bahan organik yang ditambahkan. Pengukuran
kandung bahan organik tanah dengan metode walkey
and black ditentukan berdasarkan kandungan C-organik (Foth,1994).
2.2 Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Bahan Organik
Faktor-faktor yang mempengaruhi bahan organik dalam
tanah adalah kedalaman tanah, iklim (curah hujan , suhu), drainase, tekstur
tanah dan vegetasi. Kadar bahan organik
terbanyak ditemukan pada lapisan atas setebal 20 cm, sehingga lapisan
tanah makin ke bawah makin kurang bahan organik
yang di kandungnya (Hakim, 1986).
Pengaruh bahan organik
terhadap tanah dan kemudian terhadap tetanaman tergantung pada laju proses dekomposisinya.
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi laju dekomposisi ini meliputi
faktor bahan organik dan faktor tanah. Faktor bahan organik meliputi komposisi
kimiawi, nisbah C/N, kadar lignin dan ukuran bahan, sedangkan faktor tanah
meliputi temperatur, kelembaban, tekstur, struktur dan suplai oksigen, serta
reaksi tanah, ketersediaan hara terutama N P, K dan S (Hanafiah, 2014).
Pada tanah dengan
drainase buruk, dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena kondisi aerasi
yang buruk. Hal ini menyebabkan kadar bahan organik dan N tinggi daripada tanah
berdrainase baik. Di samping itu vegetasi penutup tanah dan adanya kapur dalam
tanah juga mempengaruhi kadar bahan organik tanah. Vegetasi hutan akan berbeda
dengan padang rumput dan tanah pertanian. Faktor-faktor ini saling berkaitan,
sehingga sukar menilainya sendiri (Hakim, 1986).
Bahan
organik yang terkandung di dalam tana lebih tinggi yang mengakibatkan tanah
pada lapisan ini cenderung lebih gelap, terutama pada lapisan I, karena
merupakan lapisan paling atas. Faktor yang mempengaruhi bahan organik tanah
adalah kedalaman lapisan dimana menentukan kadar bahan organik dan N. Kadar
bahan organik terbanyak ditemukan di lapisan atas, setebal 20 cm (15-20) %, makin
ke bawah makin berkurang, contohnya pada setiap lapiasan tanah inseptisol,
makin ke bawah (Lapisan II) warnanya lebih muda daripada lapisan I, dan II.
Faktor iklim yang berpengaruh adalah suhu dan curah hujan. Makin ke daerah
dingin kadar bahan organik dan N makin tinggi. Drainase buruk dimana air
berlebih, oksidasi terhambat karena aerasi buruk menyebabkan kadar bahan
organik dan N tinggi dari pada tanah berdrainase baik (Hakim, 1986).
2.3 Hubungan Bahan
Organik Tanah dengan Kesuburan Tanah
Pengaruh bahan organik tidak dapat disangkal
terhadap kesuburan tanah.Bahan organik mempunyai daya serap kation yang lebih
besar daripada kaloid tanah yang liat.Berarti semakin tinggi kandungan bahan
organik suatu tanah, maka makin tinggi pula kapasitas tukar kationnya.Bahan
organik tanah merupakan penimbunan dari sisa tumbuhan dan binatang yang
sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan yang demikian berada dalam proses
pelapukan aktif dan menjadi mangsa jasad mikro.
Sebagai akibat, bahan itu berubah terus dan tidak mantap, dan selalu diperbaharui
melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang (Hardjowigeno, 2003).
Tanah yang baik merupakan
tanah yang mengandung unsur hara yang terpenting dalam tanah agar dapat
mendukung kesuburan tanah salah satunya adalah kandungan C-organik. Dimana
kandungan C-organik merupakan unsur yang dapat menentukan tingkat kesuburan
tanah. Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di
dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa
mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang
stabil atau humus (Hardjowigeno,2003).
Komponen organik tanah
berasal dari biomassa yang mencirikan suatu tanah aktif.Komponen organik tak
hidup terbentuk dari melalui pelapukan kimia dan biologi, yang dipisahkan ke
dalam bahan-bahan yang anatomi bahan aslinya masih tampak dan bahan-bahan yang
telah terlapuk sempurna (Hardjowigeno,2003).
Bahan
organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena memiliki
beberapa peranan kunci di tanah.Disamping itu bahan organik tanah memiliki
fungsi – fungsi yang saling berkaitan, sebagai contoh bahan organik tanah
menyediakan nutrisi untuk aktivitas mikroba yang juga dapat meningkatkan
dekomposisi bahan organik, meningkatkan stabilitas agregat tanah, dan meningkatkan
daya pulih tanah (Sutanto, 2005).
III. METODOLOGI
3.1.
Tempat dan Waktu
Pelaksanaan
praktikum Bahan Organik dilaksanakan pada hari Kamis 22 Oktober 2015 pukul
10.00 Wita - selesai dan bertempat di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah,
Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin.
3.2.
Alat Dan Bahan
3.2.1.
Lapangan
Bahan yang digunakan pada pengamatan dilapangan
adalah sampel tanah yang mengandung bahan organik dan humus yang baru diambil
dilapangan dilapisan permukaan (top soil)
dan lapisan bawah permukaan (sub-soil).
Adapun alat yang digunakan adalah lup dan buku munsel.
3.2.2. Laboratorium
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum bahan
organik tanah di laboratorium adalah sampel tanah kering udara, aquades,
larutan
, larutan
, indikator diphenilamin dan ammonium
ferro sulfat. Adapun alat yang digunakan adalah neraca analitis, labu
Erlenmeyer 250 mL, pipet tetes, gelas ukur, buret 50 mL.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1.
Prosedur Kerja di Lapangan
Pengamatan dilakukan secara kualitatif pada tiga aspek yaitu
biota tanah, warna tanah dan struktur tanah. Prosedur pengamatan dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1. Mematahkan
bongkah dan agregat tanah dengan tangan.
2. Mengamati
keberadaan dan keragaman biota di kedua lapisan.
3. Menggunakan
lup untuk mengamati jasat yang kecil.
4. Mengamati
struktur tanah dengan cara mencelupkan agregat kedalam tanah.
5. Mengukur
agregat dan pori makro dengan menggunakan lup dan mistar
6. Membandingkan
apa yang telah diamati antara lapisan tanah permukaan, dengan lapisan dibawah
permukaan.
3.3.2. Prosedur Kerja
di Laboratorium
Prosedur kerja bahan organik tanah dilaksanakan dengan
carasebagai berikut:
1. Menimbang
contoh tanah dengan menggunakan neraca analitis sebanyak 1 gram.
2. Memasukkan
kedalam labu erlenmeyer 250 mL.
3. Menambahkan
10 mL larutan
1N
(pipet) den reaksikan dengan 5 mL.
dan biarkan reaksi berlangsung hingga beberapa menit.
4. Menambahkan
aquades 100 mL.
5. Menetesi
3-5 indikator diphenylamine dan titrasi dengan ammonium ferro sulfat 0,25 N.
6. Mencatat
volume titran
yang digunakan begitu pula dengan
normalitasnya.
7. Menghitung
% bahan organik dengan menggunakan rumus
% Bahan organik = %C x 1,724
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan bahan organik pada
lapisan I, makadiperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.1 Bahan organik dengan metode di lapangan.
Faktor
yang diamati
|
Warna
Tanah
|
Biota
Tanah
|
StrukturTanah
|
Warna matriks
|
7,5 YR 3/2 (dark brown)
|
-
|
-
|
Komentar terkait warna
|
Dilihat dari warnanya, tanah tersebut
memiliki sedikit bahan organik
|
|
|
Keberadaan biota (tdkada, K, S, B)
|
-
|
Kurang
|
-
|
Jenis biota
|
-
|
Semut
|
-
|
Tipestruktur
|
-
|
-
|
Blocky
|
Ukuran agregat dan pori (mm)
|
-
|
-
|
< 0,002 mm
|
Kestabilan
agregat (lemah, kuat/stabil)
|
-
|
-
|
Kuat/stabil
|
Berdasarkan hasil perhitungan kandungan bahan
organik pada lapisan I, II, dan III maka diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.2 Bahan organik dengan metode di
laboratorium.
Tanah Lapisan
|
% Bahan Organik
|
Lapisan I
|
5,78 %
|
Lapisan II
|
5,84 %
|
Lapisan III
|
3,26 %
|
4.2.
Pembahasan
Berdasarkan tabel diatas diperoleh data bahwa tanah
lapisan satu memiliki warna tanah7,5 YR 3/2 (dark brown), keberadaan biota pada tanah lapisan satu kurang dan
jenis biota yang terdapat pada tanah lapisan satu yaitu semut, tipe struktur blocky dengan ukuran agregat dan pori
< 0,002 mm dan memiliki kestabilan agregat kuat atau stabil karena pada saat
pengamatan, tanah tidak terlarut dalam air. Jika dilihat dari data tersebut
bahwa tanah lapisan satu memiliki kandungan bahan organik yang sedikit.
Jika dilihat dari keberadaan biota
pada lapisan satu sangat sdikit, bahkan didalam pengamatan yang dilakukan hanya
ditemukan semut, hal ini membuktikan bahwa tanah tersebut mengandung sedikit
bahan organik karena tanah tersebut telah mengalami pelindian. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hanafiah (2014) yang mengemukakan bahwa biota ataupun mikrobia
dapat hilang melalui pelindian (leaching).
Sesuai dengan tabel diatas yang
menunjukkan bahwa lapisan kedua mengandung bahan organik lebih tinggi dari pada
lapisan pertama, hal ini sebenarnya adalah hal yang sangat langkah karena seperti
yang kita ketahui bahwa bahan organik yang paling tinggi terdapat dilapisan
pertama. Namun ada kemungkinan lapisan pertama lebih sedikit bahan organiknya
dibanding lapisan kedua karena beberapa faktor menurut Hakim (1986) yaitu,
terjadinya leaching unsur hara yang mengakibatkan kehilangan unsur hara karena
terbawa oleh air turun ketanah yang bawah dan terjadinya penguapan unsur hara
yang menyebabkan kesuburan tanah menurun dikarenakan tanah terkena matahari
langsung.
Kemungkinan yang lain yang menyebabkan
lapisan kedua mengandung bahan organik lebih tinggi dibanding lapisan pertama
adalah karena kemungkinan terdapat kekeliruan dalam penimbangan ataupun
timbangan yang mungkin mengalami masalah, karena menurut Hanafiah (2014) walaupun tanah terdiri dari beberapa lapisan,
namun bagi tanaman yang sangat penting adalah lapisan paling atas (top soil) karena mengandung bahan
organik yang paling tinggi dibanding lapisan dibawanya.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum yang telah kami lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa tanah yang
diamati yaitu lapisan satu memiliki warna tanah7,5 YR 3/2 (dark brown), didalam tanah hanya terdapat sedikit biota dan tipe
strukturnya blocky dengan ukuran
agregat dan pori < 0,002 mm. sedangkan pada pengamatan dilaboratorium
menunjukkan bahwa persentase bahan organik pada tanah yang diamati yaitu pada
lapisan satu 5,78 %, lapisan kedua yaitu 5,85%, dan lapisan ketiga 3,26%.
5.2
Saran
Setelah
mengamati tanah tersebut, bisah disimpulkan bahwa tanah tersebut tidak bisa
digunakan sebagai lahan pertanian. Sebaiknya tanah yang digunakan untuk lahan
pertanian yaitu tanah yang memiliki kandungan bahan organik yang tinggi agar
tanaman yang dibudidayakan dapat tumbuh dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Foth H. D. 1994. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Hakim, Nurhajatidkk.1986. Dasar-DasarIlmu Tanah. Lampung:
Universitas Lampung.
Hanafiah,
K.A. 2014. Dasar-dasar Ilmu Tanah.
Jakarta: Rajawali Pers.
Hardjowigeno
S, 2003, Ilmu Tanah. Jakarta: PT
Medityatama Sarana Perkasa.
Sutanto,
Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Yogyakarta: Kanisius
LAMPIRAN
Hasil Perhitungan Bahan Organik Lapisan I Tanah
Terganggu:
Diketahui:
ml B = 36,5
mL
ml t = 2,9
mL
N =
0,25 N
mg = 1000
mg
Ditanyakan:
% Bahan Organik = ...?
Penyelesaian:
%C= ((ml B-ml t)
N ×3×1,33)/(mg contoh tanah tanpa air)×100%
%C= ((36,5-2,9)
N ×3×1,33)/1000×100%
%C= ((33,6)
0,25 ×3×1,33)/1000×100%
%C= 33,516/1000×100%
%C= 3,3516 %
% Bahan Organik=%C ×1,724
% Bahan Organik=3,3516 % ×1,724
% Bahan Organik=5,78 %
Hasil Perhitungan Bahan Organik Lapisan II Tanah
Terganggu:
Diketahui:
ml B = 36,5 mL
ml t = 2,5
mL
N =
0,25 N
mg = 1000
mg
% Bahan Organik = ...?
Penyelesaian:
%C= ((ml B-ml t)
N ×3×1,33)/(mg contoh tanah tanpa air)×100%
%C= ((36,5-2,5)
N ×3×1,33)/1000×100%
%C= ((34)
0,25 ×3×1,33)/1000×100%
%C= 33,915/1000×100%
%C= 3,3915 %
% Bahan Organik=%C ×1,724
% Bahan Organik=3,3915 % ×1,724
% Bahan Organik=5,84 %
Hasil Perhitungan Bahan Organik Lapisan III Tanah
Terganggu:
Diketahui:
ml B = 36,5 mL
ml t =
17,5 mL
N =
0,25 N
mg = 1000
mg
% Bahan Organik = ...?
Penyelesaian:
%C= ((ml B-ml t)
N ×3×1,33)/(mg contoh tanah tanpa air)×100%
%C= ((36,5-17,5)
N ×3×1,33)/1000×100%
%C= ((19)
0,25 ×3×1,33)/1000×100%
%C= 18,9525/1000×100%
%C= 1,89525 %
% Bahan Organik=%C ×1,724
% Bahan Organik=1,89525 % ×1,724
% Bahan Organik=3,26 %
Tidak ada komentar:
Posting Komentar