TANAH HASIL PELAPUKAN
DISUSUN OLEH:
NAMA : Yohanis Sarma
NIM : G111 15 536
KELAS/KELOMPOK : DDIT E / 14
ASISTEN :
Magfirah Djamaluddin
LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tanah merupakan materi di permukaan bumi yang
terbentuk sebagai produk dari proses pelapukan batuan di bawah pengaruh iklim
(terutama curah hujan), organisme hidup, dan topografi selama suatu rentang
waktu yang sangat lama. Karena proses pembentukannya yang sangat lama itu
(ribuan hingga jutaan tahun), kita tidak dapat menyaksikan bagaimana tanah itu
terbentuk (Susanto 2005).
Pada mulanya, tanah
dipandang sebagai lapisan permukaan bumi yang berasal dari batuan yang telah
mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga menglami regolit
(lapisan berpartikel halus). Selanjutnya melalui proses pembentukan tanah,
bagian atas regolit berubah menjadi tanah. Pelapukan terjadi pada batuan yang
keras maupun pada mineral-mineral yang terdapat pada regolit, termasuk abu
vulkanik, bahan endapan baru dan lain-lain (Hanafiah 2014).
Dalam kehidupan
sehari-hari, proses pelapukan sering terjadi batu kecil yang terus ditetesi
oleh air hujan maupun air biasa lama kelamaan akan melapuk dan menjadi tanah,
batu yang ditumbuhi lumut lama kelamaan akan pecah dan hancur, tercampurnya
batu oleh limbah pabrik yang mengandung bahan kimia, dan masih banyak lagi
contoh-contoh pelapukan lainya.
Berdasarkan
uraian diatas maka perlu diadakan pengamatan tentang proses terjadinya
pelapukan dan untuk mengetahui jenis-jenis pelapukan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pelapukan.
1.2
Tujuan
dan Kegunaan
Praktikum ini bertujuan mendemonstrasikan tanah
sebagai materi yang terbentuk dari hasil pelapukan. Kiranya praktikum ini dapat
berguna bagi praktikan dan digunakan oleh mahasiswa lain sebagai referensi
studi.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Jenis Batuan
Pelapukan batuan adalah salah satu proses geologi
yang terpenting. Pelapukan batuan menghasilkan bahan dari mana batuan sedimen
terbentuk dan menghasilkan tanah, dimana tanpa itu kehidupan hewan dan tumbuhan
dipermukaan bumi adalah suatu kemustahilan. Fragmen batuan akibat pelapukan
dipindahkan lewat erosi. Pelapukan dapat bersifat mekanis (fisis) ataupun
kimiawi (Hanafiah 2014).
Berdasarkan
pembentukannya, bebatuan dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu:
1.Batuan beku (igneous
rock) yang merupakan bebatuan yang terbentuk dari proses bebatuan yang
terbentuk disebut plutonik (batuan dalam), disebut intrusi (batuan gang) jika
pembekuannya terjadi didalam liang-liang menuju permukaan tanah, dan disebut
ekstrusi (batuan vulkanik atau lelehan) jika pembekuannya terjadi dipermukaan
tanah (Hanafiah 2014)..
2.Batuan sedimen solidifikasi (pembekuan) magma
cair. Apabila proses pembentukannya terjadi jauh dibawah tanah, maka (sedimentary rock) merupakan bebatuan
yang terbentuk dari proses konsolidassi (pemadatan) endapan-endapan partikel
yang terbawa oleh air dibawah permukaan bumi (Hanafiah 2014)..
3.Batuan
peralihan (metamorf) yang merupakan
batuan beku atau batuan sedimen yang telah mengalami transformasi (perubahan
rupa) akibat adanya pengaruh perubahan suhu, tekanan, cairan atau gas aktif. Golongan ini meliputi gneissgranit, batu
serpih slate, marmer, batu-pasir quarsit (Hanafiah 2014).
2.2 Faktor Pembentuk
Tanah
Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi proses
pembentukan tanah menurut Hanafiah (2014), antara lain iklim, organisme, bahan
induk, topografi, dan waktu. Faktor-faktor pembentuk tanah tersebut akan
diuraikan sebagai berikut:
1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses
pembentukan tanah terutama ada dua, yaitu suhu dan curah hujan. Suhu akan
berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila suhu tinggi, maka
proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat
pula. Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah,
sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah
menjadi rendah).
2. Organisme (Vegetasi, Jasad renik/mikroorganisme)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses
pembentukan tanah dalam hal Membuat proses pelapukan baik pelapukan organik
maupun pelapukan kimiawi. Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan
oleh makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi adalah
pelapukan yang terjadi oleh proses kimia seperti batu kapur larut oleh air.
3. Bahan Induk
Bahan induk terdiri dari batuan vulkanik, batuan
beku, batuan sedimen (endapan), dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan
hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi
tanah. Tanah yang terdapat di permukaan bumi sebagian memperlihatkan sifat
(terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan induknya. Bahan induknya masih
terlihat misalnya tanah berstuktur pasir berasal dari bahan induk yang
kandungan pasirnya tinggi.
4. Topografi/Relief
Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi tebal
atau tipisnya lapisan tanah, daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit
lapisan tanahnya lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar
lapisan tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi. Sistem drainase/pengaliran,
daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya
menjadi asam.
5. Waktu
Tanah
merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian
yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi semakin tua dan kurus.
Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan
sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses
pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut
menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
2.3 Proses Pembentukan
Tanah
Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan
organisme, membentuk tubuh unik yang menutupi batuan. Proses pembentukan tanah
dikenal sebagai pedogenesis. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh
alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah.
Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia, dan
biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut (Hanafiah 2014).
Proses pelapukan
melalui dua mekanisme yaitu (1) Pelapukan fisik. Proses dimana melapuknya
batuan atau mineral menjadi partikel yang lebih halus menyebabkan terjadinya
kenaikan permukaan spesifik tanpa menyebabkan perubahan komposisi kimia, tetapi
sangat diperlukan sebelum terjadi pelapukan kimia. Pelapukan fisik disebabkan
oleh fluktuasi suhu, air membeku, dan kegiatan perakaran (2) Pelapukan kimiawi.
Proses dimana melapuknya batuan atau mineral melalui reaksi kimia menghasilkan
material yang memiliki komposisi berbeda dengan bahan aslinya, disebabkan oleh
disolusi, hidrolisis, asidolisis dan oksidasi
(Sutanto, 2005).
Semua energi yang
digunakan dalam proses genesis dan differensiasi tanah bersumber dari energi
matahari. Jumlah energi yang sampai kepermukaan bumi targantung dari kondisi
bumi atau cuaca, makin baik cuaca makin bnayak energi yang sampai kebumi,
begitu juga sebaliknya. Cuacalah yang bertanggung jawab dalam mengubah energi
matahari menjadi energi mekanik atau energi matahari yang akan mempengaruhi
pelapukan batuan dan pembentukan tanah bersama dengan curah hujan. Tanah yang
terbentuk dalam temperatur rendah akan cinderung berkadar biomass rendah akibat
tanaman yang tumbuh umumnya berbatang kecil dan lambat berkembang dan sedikit
populasi yang aktif. Tanah yang terbentuk dalam temperatur tinggi juga berkadar
biomas rendah karna karna cepatnya proses mineralisasi kimiawi terhadap
sisa-sisa tanaman (Hanafiah 2014).
Diantara
berbagai jasad hidup, vegetasi atau mikroflora yang paling berperan dalam
mempengaruhi proses genesis dan perkembang profil tanah, karna merupakan sumber
utama biomas atau bahan organik.Vegetasi sendiri melalui sistem perakarannya,
akan berpenetrasi kelapisan bawah tanah dan memebewa unsur-unsur trubusnya,
sisa-sisa akaran yang mati akan menjadi sumber BOT dan hara pada profil tanah
sedalam penetrasi akar tersebut (Hanafiah 2014).
2.4 Hubungan
Pembentukan Tanah dengan Kesuburan Tanah
Bahan induk dan proses pembentukan tanah sangat
berpengaruh pada sifat dan kesuburan tanah, misalnya organisme membantu proses pembentukan humus.
Tumbuhan akan menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang
menumpuk di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan
jasad renik/mikroorganisme yang ada di dalam tanah. Kesuburan tanah juga di pengaruhi oleh bahan induk. Batuan
tersusun atas mineral-mineral yang beragam serta berbeda ketahanannya terhadap
pelapukan, maka mineralogi bahan induk sangat berpengaruh atas laju
perkembangan tanah, komposisi mineral dari tanah, dan kesuburan tanah (Hanafiah 2014) .
Tanah mineral yang
dapat berfungsi sebagai media tumbuh ideal secara material tersusun dari empat
komponen, yaitu bahan padatan (mineral dan bahan oranik), air dan udara.
Masing-masing komponen tersebut berperan penting dalam menunjang fungsi tanah
sebagai media tumbuh, sehingga variabilitas keempat komponen tanah ini
berdampak terhadap variabilitas fungsi tanah sebagai media tumbuh, misalnya
udarah dalam tanah berfungsi sebagai gudang dan sumbar gas (Hanafiah 2014).
Fungsi
bahan organik dan mineral adalah sebagai
bahan gudang dan penyuplai hara bagi tanaman dan biota tanah. bahan mineral
melalui bentuk-bentuk partikel merupakan penyusung ruang pori tanah yang tidak
hanya berfungsi sebagai gudang udara dan air, tetapi juga sebagai ruang untuk
akar berpenetrasi. Makna terpenting dari dari makin berkembangnya sistem
perakaran ini adalah makin banyaknya hara dan air yang dapat diserap tanaman,
sehingga makin terjamin kebutuhan selama proses pertumbuhan dan produksinya, sehingga
makin produktif suatu areal tanah (Hanafiah 2014).
III.
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum
penetapan tanah hasil pelapukan
dilaksanakan di pelataran Himti, Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin Makassar, pada hari kamis, 15 oktober 2015 pukul 10.00 WITA
sampai selesai.
3.2
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
lup dan pisau/cutter (misalnya pisau pandu) untuk pendeteksi kekerasan suatu
batuan. Adapun bahan yang digunakan yaitu gambar dari buku serta alat peraga yaitu
batuan induk, bahan induk dan tanah hasil pelapukan.
3.3 Prosedur kerja
Prosedur kerja dalam penelitian tanah hasil
pelapukan yaitu: kegiatan praktikum dilaksanakan dalm bentuk demonstrasi dan
presentasi dan diikuti sesi tanya jawab. Praktik dilakukan per kelompok (10-20
orang per kelompok). Total alokasi per kelompok adalah sekitar 20 menit: 10
menit presentasi dan tutorial dan 10 menit sesi tanya jawab.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Berdasarkan diskusi yang telah
dilakukan maka diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1 . Tanah hasil pelapukan
Soal/bahan
diskusi
|
Jawaban/komentar
|
Dapatkah anda memahami bahwa tanah
terbentuk dari hasil pelapukan batuan? Jika ya, apa yang menjadi justifikasinya?
|
Ya..!
Karna bahan induk pada mulanya adalah
batuan, yang kemudian lapuk karna dipengaruhi oleh berbagai faktor hingga
menjadi tanah.
|
Apakah bahan induk menentukan sifat
tanah? Jelaskan
|
Ya..!
Karna bahan induk mengandung mineral
yang akan yang akan mempengaruhi sifat-sifat tanah.
Sifat setiap bahan induk/batuan
berbeda sehingga tanah yang dihasilakan pun juga berbeda
|
Setelah pratikum apakah anda lebih
memahami proses pembentukan tanah?
|
Ya..!
Tanah pada awalnya adalah berupa
batuan dimana batuan berasal dari perut bumi yang di pengaruhi oleh berbagai
faktor dan dalam waktu yang sangat lama hingga menjadi tanah.
|
4.2
Pembahasan
Pelapukan batuan adalah salah satu proses geologi
yang terpenting, karna bahan induk tanah pada mulanya adalah batuan yang lapuk
karna dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya suhu yang tidak tetap menyebabkan batuan itu
menjadi retak. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2014) yang mengemukakan
bahwa pelapukan merupakan proses alamiah akibat bekerjanya gaya-gaya alam baik
secara fisik maupun kimiawi yang menyebabkan terjadinya pemecah-belahan,
penghancur-luluh-lentakkan dan transformasi batuan dan mineral menjadi material
lepas.
Bahan induk menentukan
sifat pada tanah karna tanah mengandung mineral yang akan mempengaruhi
sifat-sifat tanah, namun pengaruh bahan induk ini akan hilang jika tanah
mengalami penindian atau erosi berat. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanfiah (2014)
yang mengemukakan bahwa jenis bahan induk akan menentukan sifat fisik maupun sifat
kimiawi tanah yang terbentuk secara endodinamomorf, tetapi pengaruhnya menjadi
tidak jelas terhadap tanah-tanah yang terbentuk secara ektodinamomorf. Pengaruh
bahan induk ini sangat jelas terlihat pada tanah-tanah muda-dewasa, namun dalam
perkembangannya terjadi proses pelapukan lebih lanjut, apalagi telah mengalami
penindian atau erosi berat, maka pengaruh ini makin tidak jelas bahkan dapat
hilang sama sekali.
Contoh pengaruh bahan
induk terhadap sifat tanah menurut Hanafiah (2014) adalah tanah-tanah yang
terbentuk dari bahan induk asal batuan beku asam seperti batu pasir yang
melapuk sangat lambat akan mempunyai tekstur yang berpasir kasar dengan liat
yang didominasi tipe 1:1 kaolinit dan berkejenuhan-basah rendah hingga
tergolong tanah miskin.
Tanah pada awalnya
adalah berupa batuan dimana batuan berasal dari perut bumi yang di pengaruhi
oleh berbagai faktor dan dalam waktu yang sangat lama hingga menjadi tanah. Hal
ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2010) yang mengemukakan
bahwa tanah berasal dari batuan keras
(batuan beku, batu sedimen tua, batuan metamorfosa yang melapuk, atau dari
bahan-bahan yang lebih lunak dan lepas seperti abu volkan, bahan endapan baru
dan lain-lain. Dengan proses pelapukan maka permukaan batuan yang keras menjadi
hancur dan berubah menjadi bahan yang lunak yang disebut regolith. Selanjutnya
melalui proses pembentukan tanah, bagian atas regolith berubah menjadi tanah.
Proses ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu iklim, topografi, organisme,
waktu dan bahan induk.
Contohnya menurut
Susanto (2005) pada kawasan beriklim dingin, pada batuan yang telah retak, air
masuk kecelah-celahnya kemudian membeku, pembekuan ini menyebabkan membesarnya
rekahan-rekahan tersebut. lewat tekanan proses hidrothermal berupa siklus
beku-cairnya air yang silih berganti ini, bebatuan menjadi pecah-hancur.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Tanah berasal dari pelapukan karena bahan induk tanah
pada awalnya adalah batuan yang melalui dua mekanisme pelapukan yaitu,
pelapukan fisik dan pelapukan kimiawi. Bahan induk menentukan sifat fisik
maupun sifat kimiawi tanah yang terbentuk secara endodinamomorf. Proses
pembentukan tanah diawali oleh pelapukan bahan induk atau batuan.
5.2 Saran
Kita harus mengetahui bagaimana tanah itu terbentuk, unsur-unsur apa yang
menjadikan tanah itu terbentuk, sampai dimana batas pemanfaatannya, sehingga
dapat berguna bagi kehidupan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah, K A. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Press.
Hardjowigeno,
Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta:
Akademika Pressindo
Sutanto,
Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah
Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta: Kanisius.
Tim
asisten, Tim dosen. 2014. Buku Panduan
Praktikum Mata Kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Makassar: Universitas
Hasanuddin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar