Kamis, 16 November 2017

LAPORAN TANAH HASIL PELAPUKAN



TANAH HASIL PELAPUKAN

DISUSUN OLEH:
NAMA                                    : Yohanis Sarma
NIM                                        : G111 15 536
KELAS/KELOMPOK           : DDIT E / 14
ASISTEN                               : Magfirah Djamaluddin
LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015



I. PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang

Tanah merupakan materi di permukaan bumi yang terbentuk sebagai produk dari proses pelapukan batuan di bawah pengaruh iklim (terutama curah hujan), organisme hidup, dan topografi selama suatu rentang waktu yang sangat lama. Karena proses pembentukannya yang sangat lama itu (ribuan hingga jutaan tahun), kita tidak dapat menyaksikan bagaimana tanah itu terbentuk (Susanto 2005).
Pada mulanya, tanah dipandang sebagai lapisan permukaan bumi yang berasal dari batuan yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga menglami regolit (lapisan berpartikel halus). Selanjutnya melalui proses pembentukan tanah, bagian atas regolit berubah menjadi tanah. Pelapukan terjadi pada batuan yang keras maupun pada mineral-mineral yang terdapat pada regolit, termasuk abu vulkanik, bahan endapan baru dan lain-lain (Hanafiah 2014).
Dalam kehidupan sehari-hari, proses pelapukan sering terjadi batu kecil yang terus ditetesi oleh air hujan maupun air biasa lama kelamaan akan melapuk dan menjadi tanah, batu yang ditumbuhi lumut lama kelamaan akan pecah dan hancur, tercampurnya batu oleh limbah pabrik yang mengandung bahan kimia, dan masih banyak lagi contoh-contoh pelapukan lainya.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu diadakan pengamatan tentang proses terjadinya pelapukan dan untuk mengetahui jenis-jenis pelapukan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan.
1.2  Tujuan dan Kegunaan
Praktikum ini bertujuan mendemonstrasikan tanah sebagai materi yang terbentuk dari hasil pelapukan. Kiranya praktikum ini dapat berguna bagi praktikan dan digunakan oleh mahasiswa lain sebagai referensi studi.






II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jenis Batuan
Pelapukan batuan adalah salah satu proses geologi yang terpenting. Pelapukan batuan menghasilkan bahan dari mana batuan sedimen terbentuk dan menghasilkan tanah, dimana tanpa itu kehidupan hewan dan tumbuhan dipermukaan bumi adalah suatu kemustahilan. Fragmen batuan akibat pelapukan dipindahkan lewat erosi. Pelapukan dapat bersifat mekanis (fisis) ataupun kimiawi (Hanafiah 2014).
Berdasarkan pembentukannya, bebatuan dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu:
1.Batuan beku (igneous rock) yang merupakan bebatuan yang terbentuk dari proses bebatuan yang terbentuk disebut plutonik (batuan dalam), disebut intrusi (batuan gang) jika pembekuannya terjadi didalam liang-liang menuju permukaan tanah, dan disebut ekstrusi (batuan vulkanik atau lelehan) jika pembekuannya terjadi dipermukaan tanah (Hanafiah 2014)..
2.Batuan sedimen solidifikasi (pembekuan) magma cair. Apabila proses pembentukannya terjadi jauh dibawah tanah, maka (sedimentary rock) merupakan bebatuan yang terbentuk dari proses konsolidassi (pemadatan) endapan-endapan partikel yang terbawa oleh air dibawah permukaan bumi (Hanafiah 2014)..
3.Batuan peralihan (metamorf) yang merupakan batuan beku atau batuan sedimen yang telah mengalami transformasi (perubahan rupa) akibat adanya pengaruh perubahan suhu, tekanan, cairan atau gas aktif. Golongan ini meliputi gneissgranit, batu serpih slate, marmer, batu-pasir quarsit (Hanafiah 2014).
2.2 Faktor Pembentuk Tanah
Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi proses pembentukan tanah menurut Hanafiah (2014), antara lain iklim, organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Faktor-faktor pembentuk tanah tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah terutama ada dua, yaitu suhu dan curah hujan. Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat pula. Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah).




2. Organisme (Vegetasi, Jasad renik/mikroorganisme)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal Membuat proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan kimiawi. Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi oleh proses kimia seperti batu kapur larut oleh air.
3. Bahan Induk
Bahan induk terdiri dari batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan), dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah. Tanah yang terdapat di permukaan bumi sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan induknya. Bahan induknya masih terlihat misalnya tanah berstuktur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi.
4. Topografi/Relief
Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi tebal atau tipisnya lapisan tanah, daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi. Sistem drainase/pengaliran, daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya menjadi asam.
5. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
2.3 Proses Pembentukan Tanah
Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme, membentuk tubuh unik yang menutupi batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai pedogenesis. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah. Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia, dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut (Hanafiah 2014).
Proses pelapukan melalui dua mekanisme yaitu (1) Pelapukan fisik. Proses dimana melapuknya batuan atau mineral menjadi partikel yang lebih halus menyebabkan terjadinya kenaikan permukaan spesifik tanpa menyebabkan perubahan komposisi kimia, tetapi sangat diperlukan sebelum terjadi pelapukan kimia. Pelapukan fisik disebabkan oleh fluktuasi suhu, air membeku, dan kegiatan perakaran (2) Pelapukan kimiawi. Proses dimana melapuknya batuan atau mineral melalui reaksi kimia menghasilkan material yang memiliki komposisi berbeda dengan bahan aslinya, disebabkan oleh disolusi, hidrolisis, asidolisis dan oksidasi  (Sutanto, 2005).
Semua energi yang digunakan dalam proses genesis dan differensiasi tanah bersumber dari energi matahari. Jumlah energi yang sampai kepermukaan bumi targantung dari kondisi bumi atau cuaca, makin baik cuaca makin bnayak energi yang sampai kebumi, begitu juga sebaliknya. Cuacalah yang bertanggung jawab dalam mengubah energi matahari menjadi energi mekanik atau energi matahari yang akan mempengaruhi pelapukan batuan dan pembentukan tanah bersama dengan curah hujan. Tanah yang terbentuk dalam temperatur rendah akan cinderung berkadar biomass rendah akibat tanaman yang tumbuh umumnya berbatang kecil dan lambat berkembang dan sedikit populasi yang aktif. Tanah yang terbentuk dalam temperatur tinggi juga berkadar biomas rendah karna karna cepatnya proses mineralisasi kimiawi terhadap sisa-sisa tanaman (Hanafiah 2014).
            Diantara berbagai jasad hidup, vegetasi atau mikroflora yang paling berperan dalam mempengaruhi proses genesis dan perkembang profil tanah, karna merupakan sumber utama biomas atau bahan organik.Vegetasi sendiri melalui sistem perakarannya, akan berpenetrasi kelapisan bawah tanah dan memebewa unsur-unsur trubusnya, sisa-sisa akaran yang mati akan menjadi sumber BOT dan hara pada profil tanah sedalam penetrasi akar tersebut (Hanafiah 2014).
2.4 Hubungan Pembentukan Tanah dengan Kesuburan Tanah
Bahan induk dan proses pembentukan tanah sangat berpengaruh pada sifat dan kesuburan tanah, misalnya organisme membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad renik/mikroorganisme yang ada di dalam tanah. Kesuburan tanah juga di pengaruhi oleh bahan induk. Batuan tersusun atas mineral-mineral yang beragam serta berbeda ketahanannya terhadap pelapukan, maka mineralogi bahan induk sangat berpengaruh atas laju perkembangan tanah, komposisi mineral dari tanah,  dan kesuburan tanah (Hanafiah 2014)  .
Tanah mineral yang dapat berfungsi sebagai media tumbuh ideal secara material tersusun dari empat komponen, yaitu bahan padatan (mineral dan bahan oranik), air dan udara. Masing-masing komponen tersebut berperan penting dalam menunjang fungsi tanah sebagai media tumbuh, sehingga variabilitas keempat komponen tanah ini berdampak terhadap variabilitas fungsi tanah sebagai media tumbuh, misalnya udarah dalam tanah berfungsi sebagai gudang dan sumbar gas (Hanafiah 2014).
Fungsi bahan organik dan mineral  adalah sebagai bahan gudang dan penyuplai hara bagi tanaman dan biota tanah. bahan mineral melalui bentuk-bentuk partikel merupakan penyusung ruang pori tanah yang tidak hanya berfungsi sebagai gudang udara dan air, tetapi juga sebagai ruang untuk akar berpenetrasi. Makna terpenting dari dari makin berkembangnya sistem perakaran ini adalah makin banyaknya hara dan air yang dapat diserap tanaman, sehingga makin terjamin kebutuhan selama proses pertumbuhan dan produksinya, sehingga makin produktif suatu areal tanah (Hanafiah 2014).





III. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum penetapan tanah hasil pelapukan  dilaksanakan di pelataran Himti, Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar, pada hari kamis, 15 oktober 2015 pukul 10.00 WITA sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain lup dan pisau/cutter (misalnya pisau pandu) untuk pendeteksi kekerasan suatu batuan. Adapun bahan yang digunakan yaitu gambar dari buku serta alat peraga yaitu batuan induk, bahan induk dan tanah hasil pelapukan.
3.3 Prosedur kerja
Prosedur kerja dalam penelitian tanah hasil pelapukan yaitu: kegiatan praktikum dilaksanakan dalm bentuk demonstrasi dan presentasi dan diikuti sesi tanya jawab. Praktik dilakukan per kelompok (10-20 orang per kelompok). Total alokasi per kelompok adalah sekitar 20 menit: 10 menit presentasi dan tutorial dan 10 menit sesi tanya jawab.





IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan diskusi yang telah dilakukan maka diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1 . Tanah hasil pelapukan
Soal/bahan diskusi
Jawaban/komentar
Dapatkah anda memahami bahwa tanah terbentuk dari hasil pelapukan batuan? Jika ya, apa yang menjadi justifikasinya?
Ya..!
Karna bahan induk pada mulanya adalah batuan, yang kemudian lapuk karna dipengaruhi oleh berbagai faktor hingga menjadi tanah.
Apakah bahan induk menentukan sifat tanah? Jelaskan
Ya..!
Karna bahan induk mengandung mineral yang akan yang akan mempengaruhi sifat-sifat tanah.
Sifat setiap bahan induk/batuan berbeda sehingga tanah yang dihasilakan pun juga berbeda
Setelah pratikum apakah anda lebih memahami proses pembentukan tanah?
Ya..!
Tanah pada awalnya adalah berupa batuan dimana batuan berasal dari perut bumi yang di pengaruhi oleh berbagai faktor dan dalam waktu yang sangat lama hingga menjadi tanah.

4.2 Pembahasan
Pelapukan batuan adalah salah satu proses geologi yang terpenting, karna bahan induk tanah pada mulanya adalah batuan yang lapuk karna dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya suhu  yang tidak tetap menyebabkan batuan itu menjadi retak. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2014) yang mengemukakan bahwa pelapukan merupakan proses alamiah akibat bekerjanya gaya-gaya alam baik secara fisik maupun kimiawi yang menyebabkan terjadinya pemecah-belahan, penghancur-luluh-lentakkan dan transformasi batuan dan mineral menjadi material lepas.  
Bahan induk menentukan sifat pada tanah karna tanah mengandung mineral yang akan mempengaruhi sifat-sifat tanah, namun pengaruh bahan induk ini akan hilang jika tanah mengalami penindian atau erosi berat. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanfiah (2014) yang mengemukakan bahwa jenis bahan induk akan menentukan sifat fisik maupun sifat kimiawi tanah yang terbentuk secara endodinamomorf, tetapi pengaruhnya menjadi tidak jelas terhadap tanah-tanah yang terbentuk secara ektodinamomorf. Pengaruh bahan induk ini sangat jelas terlihat pada tanah-tanah muda-dewasa, namun dalam perkembangannya terjadi proses pelapukan lebih lanjut, apalagi telah mengalami penindian atau erosi berat, maka pengaruh ini makin tidak jelas bahkan dapat hilang sama sekali.
Contoh pengaruh bahan induk terhadap sifat tanah menurut Hanafiah (2014) adalah tanah-tanah yang terbentuk dari bahan induk asal batuan beku asam seperti batu pasir yang melapuk sangat lambat akan mempunyai tekstur yang berpasir kasar dengan liat yang didominasi tipe 1:1 kaolinit dan berkejenuhan-basah rendah hingga tergolong tanah miskin.
Tanah pada awalnya adalah berupa batuan dimana batuan berasal dari perut bumi yang di pengaruhi oleh berbagai faktor dan dalam waktu yang sangat lama hingga menjadi tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2010) yang mengemukakan bahwa  tanah berasal dari batuan keras (batuan beku, batu sedimen tua, batuan metamorfosa yang melapuk, atau dari bahan-bahan yang lebih lunak dan lepas seperti abu volkan, bahan endapan baru dan lain-lain. Dengan proses pelapukan maka permukaan batuan yang keras menjadi hancur dan berubah menjadi bahan yang lunak yang disebut regolith. Selanjutnya melalui proses pembentukan tanah, bagian atas regolith berubah menjadi tanah. Proses ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu iklim, topografi, organisme, waktu dan bahan induk.
Contohnya menurut Susanto (2005) pada kawasan beriklim dingin, pada batuan yang telah retak, air masuk kecelah-celahnya kemudian membeku, pembekuan ini menyebabkan membesarnya rekahan-rekahan tersebut. lewat tekanan proses hidrothermal berupa siklus beku-cairnya air yang silih berganti ini, bebatuan menjadi pecah-hancur.



V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Tanah berasal dari pelapukan karena bahan induk tanah pada awalnya adalah batuan yang melalui dua mekanisme pelapukan yaitu, pelapukan fisik dan pelapukan kimiawi. Bahan induk menentukan sifat fisik maupun sifat kimiawi tanah yang terbentuk secara endodinamomorf. Proses pembentukan tanah diawali oleh pelapukan bahan induk atau batuan.
5.2 Saran
Kita harus mengetahui bagaimana tanah  itu terbentuk, unsur-unsur apa yang menjadikan tanah itu terbentuk, sampai dimana batas pemanfaatannya, sehingga dapat berguna bagi kehidupan kita.





DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah, K A. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Press.
Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta: Kanisius.
Tim asisten, Tim dosen. 2014. Buku Panduan Praktikum Mata Kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Makassar: Universitas Hasanuddin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar