Jumat, 17 November 2017

LAPORAN PENGEMBANGAN DAN PENGERUTAN TANAH





Laporan Praktikum
Dasar-Dasar Ilmu Tanah


PENGEMBANGAN DAN PENGERUTAN TANAH



DISUSUN OLEH:
NAMA                                    : Yohanis Sarma
NIM                                        : G111 15 536
KELAS/KELOMPOK           : DDIT E / 14
ASISTEN                               : Magfirah Djamaluddin
LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015



I. PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
Sifat mengembang dan mengerut adalah masuk atau keluarnya air ke atau dari antara lempeng-lempeng liat kristal tipe 2 : 1 menyebabkan terlihatnya sifat mengembang dalam keadaan basah dan mengerut kalau kering. Pengembangan terjadi karena beberapa sebab, sebagian pengembangan terjadi karena penetrasi air ke dalam lapisan kristal liat yang menyebabkan pengembangan dalam kristal. Akan tetapi, sebagian besar terjadi karena tertariknya air ke dalam koloid-koloid dan ion-ion yang teradsorbsi pada liat dan karena udara yang terperangkap di dalam pori mikro ketika memasuki pori tanah (Hakim, 1986).
Pengembangan tanah adalah penjenuhan air sehingga menutupi celah-celah retakan tanah yang diakibatkan oleh pengerutan. Tanah yang banyak mengandung mineral liat memperlihatkan sifat mengembang dan mengerut. Kation-kation dan molekul-molekul air sudah masuk antara unit kristal mineral sehingga mineral akan mengembang saat basa dan mengerut saat kering, karena banyaknya air yang hilang pada tanah tersebut. Sifat mengembang dan mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorilonit yang tinggi. Oleh sebab itu, para ahli bangunan sangat berhati-hati (Hakim, 1986).
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan pH menunjukkan bahwa banyaknya konsentrasi ion hydrogen ( ) didalam tanah. Makin tinggi kadar ion didalam tanah maka semakin masam tanah tersebut sedangkan jika didalam tanah ditemukan ion O  yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya  maka tanah tersebut tergolong alkalis (O lebih banyak daripada ). Pengembangan dan pengerutan yang tidak sama dapat menyebabkan retaknya pondasi gedung-gedung sedangkan jalan yang diperkeras menjadi bergelombang (Pairunan, 1997).
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu melaksanakan praktikum mengembang dan mengerut untuk mengetahui persentase pengerutan dan pengembangan tanah sehingga dapat diperoleh teknik pengolahan tanah yang efektif.
1.2     Tujuan dan Kegunaan
Tujuan praktikum ini adalah mendemonstrasikan sifat mengembang dan mengerut tanah dan mengukur besarnya pengembangan dan pengerutan berdasarkan koefisien pengembangan linier. Kegunaan dari praktikum mengembang dan mengerut adalah untuk mengetahui cara pengolahan pada tanah-tanah yang memiliki sifat pengembangan dan pengerutan serta cara pemanfaatannya.



II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Proses Terjadinya Mengembang dan Mengerut
Mengembang dan mengerut merupakan salah satu sifat fisik tanah. Dimana sifat mengembang ditandai dengan terisinya semua ruang pori tanah baik makro maupun mikro oleh molekul-molekul air dan gejala ini terjadi ketika tanah dalam keadaan basah. Sedang sifat mengerut tanah terjadi ketika tanah dalam keadaan kering setelah basah yang ditandai dengan semakin mengecilnya pori-pori tanah pada waktu mengerut. Pengerutan biasanya terjadi pada musim kemarau atau musim kering. Pengerutan adalah keadaan dimana tanah mengalami retakan retakan, yang disebabkan oleh karena ruang atau pori tanah tersebut tidak terisi oleh air yang cukup (Hakim, 1986).
Sifat mengembang dan mengerut tanah disebabkan oleh kandungan liat montmorillonit yang tinggi. Besarnya pengembangan dan pengerutan tanah dinyatakan dalam nilai COLE (Coefficient of Linear Extendility ) atau PVC ( Potential Volume Change = swell index = indeks pengembangan)  (Hardjowigeno, 1998).
Montmorilonit mengakibatkan tanah mempunyai sifat mengembang dan mengerut dengan penjenuhan dan pengeringan. Potensi pengembangan dan pengerutan tanah berkaitan erat dengan tipe dan jumlah liat dalam tanah. Tanah yang banyak mengandung mineral liat akan memperlihatkan sifat mengembang pada waktu basah karena kation-kation dan molekul air mudah masuk pada rongga antara kristal mineral. Tanah yang mengembang selalu memilki kandungan liat yang banyak, di mana mungkin saja mempunyai kemampuan yang tinggi menyimpan air, akan tetapi peredaran udara dalam tanah atau aerase tidak baik, penambahan bahan organik akan mengurangi masalah kekurangan air pada tanah berpasir. Bahan organik membantu mengikat butiran liat dan membentuk ikatan yang lebih besar sehingga memperbesar ruang-ruang udara diantara ikatan butiran (Pairunan, 1997).
2.2     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan dan Pengerutan
Faktor-faktor yang mempengaruhi mengembang dan mengerut adalah pengembangan terjadi karena penetrasi air ke dalam lapisan kristal liat yang menyebabkan pengembangan didalam kristal. Akan tetapi sebagian besar terjadi karena tertariknya air ke dalam koloid-koloid dan ion-ion yang terabsorbsi pada liat dan karena udara yang terperangkap di dalam pori mikro ketika memasuki pori tanah. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi sifat mengembang dan mengerut pada tanah adalah kadar air dalam tanah, luas ruang atau pori tanah serta kandungan mineral liat. Ketiga faktor ini sangat berpengaruh disebabkan karena apabila kadar air dalam tanah tinggi maka pori atau ruang dalam tanah akan banyak terisi oleh air, sehingga terjadi pengembangan pada tanah begitu juga sebaliknya. Kandungan liat juga sangat berpengaruh disebabkan karena permukaan liat yang besar dan dapat menyerap banyak air sehingga tanah yang memiliki kadar liat yang tinggi sangat mudah terjadi pengembangan begitu pula sebaliknya (Foth, 1994).         
Sifat mengembang dan mengerut tanah disebabkan oleh kandungan liat yang tinggi. Tanah mengembang  pada saat basah dan tanah mengerut pada saat kering. Akibatnya pada saat musim kering tanah menjadi pecah-pecah kalau basah tanah mengembang dan menjadi lengket. Apabila tanahnya memiliki kandungan liat yang tinggi maka partikel liatnya akan mudah mengalami perluasan akibatnya tanah ini mengembang pada keadaan lembab dan mengerut pada keadaan kering. (Hardjowigeno, 1998 ).       
2.2     Hubungan Mengembang dan Mengerut dengan Kadar Air
Antara pengembangan dan pengerutan, kohesi dan plastis berhubungan erat satu sama lain. Ciri-ciri ini tergantung tidak hanya pada campuran lempung dalam tanah, tetapi juga sifat dan jumlah humus yang terdapat bersama koloid organik. Sifat tergantung pada struktur pengembangan tanah (Foth, 1994).
          Hubungan mengembang dan mengerut dengan kadar air yaitu apabila kadar air dalam tanah tinggi maka pori atau ruang dalam tanah akan banyak terisi oleh air sehingga terjadi pengembangan pada tanah begitu juga sebaliknya. Kandungan liat juga sangat berpengaruh disebabkan karena permukaan liat yang besar dan dapat menyerap banyak air sehingga tanah yang memiliki kadar liat yang tinggi sangat mudah terjadi pengembangan begitu pula sebaliknya (Foth, 1994).
          Tanah yang mempunyai kemampuan mengembang dan mengerut paling tinggi disebabkan oleh kandungan liat, maka permeabilitasnya semakin lambat. Hal ini menyebabkan tanah mempunyai retakan-retakan yang banyak. Air yang mengalir melalui retakan-retakan menyebabkan perkolasi makin tinggi. Hal inilah yang menyebabkan pengukuran kecepatan air perkolasi di musim kering sering menghasilkan kesalahan-kesalahan (Foth 1994).      





III. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum pengembangan dan pengerutan dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makasar pada tanggal 24 November 2015 pukul 12.00 WITA dan pada tanggal 27 November 2015 pukul 10.00 WITA.
3.2  Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk praktikum ini yaitu, COLE device, mistar dengan panjang 30 cm, dan ayakan. Bahan yang digunakan untuk praktikum ini yaitu, tanah lapisan I, II dan III, air dan gemuk.
3.3  Prosedur Kerja
1.    Menyiapkan COLE device yang bagian dalamnya telah diolesi gemuk.
2.    Melumatkan (remold) secara merata pada sampel tanah yang telah disiapkan hingga tanah bebrbentuk pasta yang halus tanpa agregat.
3.    Memasukkan pasta tanah kedalam COLE device  dengan menggunakan spatula.
4.    Membiarkan tanah mengering dalam ruangan.
5.    Mengukur panjang tanah setelah tanah mengering, kemudia dicatat dalam lembar data.
6.    Menghitung COLE dengan rumus

COLE=100 x ( la – lf ) / la
Keterangan:
·         la  = Panjang tanah awal
·         lf  = Panjang tanah akhir





IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 9. Pengamatan pengembangan dan pengerutan tanah.
Lapisan Tanah
Panjang Sebelum Diovenkan (cm)
Panjang Sesudah Diovenkan (cm)
COLE
I
21 cm
18,6 cm
11,42 %
II
21 cm
18,6 cm
11,42 %
III
21,4 cm
19 cm
11,21 %
4.2  Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka diperoleh panjang tanah sebelum diovenkan pada lapisan I yaitu 21 cm, lapisan II yaitu 21 cm dan lapisan III yaitu 21,4 cm kemudian panjang tanah sesudah diovenkan pada lapisan I adalah 18,6 cm, lapisan II adalah 18,6 cm dan lapisan III adalah 19 cm. Sehigga didapatkan persentase pada lapisan I adalah 11,42 %, lapisan II adalah 11,42 % dan lapisan III adalah  11,21 %. Jika bandingkan dari panjang tanah awal dengan panjang tanah akhir dapat dilihat bahwa tanah yang diamati mengalami pengerutan karena panjang tanahnya menjadi pendek  setelah diovenkan, jadi dapat disimpulkan bahwa  tanah tersebut mengalami pengerutan karena menurut Hardjowigeno (1998) tanah dapat terbagi menjadi beberapa jenis yang masing-masing memiliki sifat yang berbeda-beda. Ada jenis tanah yang mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengkerut (bila kering). Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut maka tanah menjadi pecah-pecah.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa hampir pada setiap lapisan tanah mengalami pengerutan, sehingga dapat disimpulkan bahwa tanah yang diamati memiliki pori yang kecil dan memililiki kadar air yang sangat rendah sehingga terjadi pengerutan. Hal ini sesuai dengan pendapat Munir (1996) yang mengemukakan bahwa apabila kadar air dalam tanah tinggi maka pori atau ruang dalam tanah akan banyak terisi oleh air, sehingga terjadi pengembangan pada tanah, begitu juga sebaliknya.
Jika didasarkan pada tabel diatas tanah yang diamati menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki kadar liat yang rendah karena tidak mampu menyerap air sehingga mengalami pengerutan karena menurut Munir (1996) kandungan liat juga sangat berpengaruh disebabkan karena permukaan liat yang besar dan dapat menyerap banyak air sehingga tanah yang memiliki kadar liat yang tinggi sangat mudah terjadi pengembangan begitu pula sebaliknya. Namun jika tanahnya diteliti tanah tersebut memiliki liat yang cukup tinggi karena tanah yang amati bertekstur liat berpasir. Jadi dapat disimpulkan bahwa tanah tersebut tidak mampu menyerap air bukan karena memiliki kadar liat yang rendah tetapi karena tidak ada air yang dapat diserap oleh tanah tersebut, sehingga mengalami pengerutan.
Seperti yang kita ketahui bahwa tanah yang diamati mengalami pengerutan.  Pengerutan ini dapat menghambat pertumbuhan tanaman terutama pada bagian akar karena pengerutan tanah menyebebkan tanah menjadi semakin padat dan membuat tanah menjadi retak, karena menurut Hakim (1986) Pengerutan tanah membentuk retakan-retakan lebar dan dalam sehingga dapat menghambat pertumbuhan akar, bahkan memutuskannya.



V.  KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka diperoleh persentase pengerutan pada lapisan I adalah 11,42 %, lapisan II 11,42 % dan lapisan III 11,21 %. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan dan pengerutan pada tanah  yang diamati adalah kondisi tanah, pori tanah atau  ruang dalam tanah, kadar air dan tekstur tanah.
5.2  Saran
Dalam praktikum sifat mengembang dan mengerut selanjutnya untuk menghindari kesalahan data hendaknya harus melakukan percobaan sesuai dengan prosedur-prosedur agar hasil yang didapatkan pada akhirnya adalah data yang akurat. Dalam pengolahan lahan-lahan pertanian sebaiknya diperhatikan tingkat pengembangan dan pengerutan suatu tanah, karena hal tersebut akan mempengaruhi kualitas suatu lahan sebagai media tumbuh tanaman.




DAFTAR PUSTAKA
Foth, Hendry D. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta:  Gadjah Mada University Press.
Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung..
Hardjowigeno, S. 1998. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.
Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.
Pairunan, dkk. 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Makassar: Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Indonesia Timur.





LAMPIRAN I
Lapisan I
Diketahui: la (panjang awal) = 21cm
                  lf (panjang akhir) = 18,6 cm
Ditanyakan: COLE
COLE =  
COLE = 
COLE =
COLE =
Lapisan II
Diketahui: la (panjang awal) = 21cm
                  lf (panjang akhir) = 18,6 cm
Ditanyakan: COLE
COLE =  
COLE = 
COLE =
COLE =
Lapisan III
Diketahui: la (panjang awal) = 21,4 cm
                  lf (panjang akhir) = 19 cm
Ditanyakan: COLE
COLE =  
COLE =  
COLE =
COLE =



LAMPIRAN II
Tanah setelah diovenkan mengalami pengerutan.
          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar